Tak terasa Galungan udah makin dekat. Umat Hindu
Bali pun sudah mulai mempersiapkan sarana upkaranya. Yang namanya adat Bali,
emang ga bisa lepas dari seni dan kreatifitas.
Satu hal yang sederhana saja, Penjor. Penjor merupakan salah satu
upakara yang harus ada pada saat Hari Raya Galungan yang biasanya diletakkan di
depan rumah.
Tapi
jangan salah, Penjor dibuat bukan hanya sebagai hiasan semata. Melainkan sarat
akan makna yang terkandung di dalamnya. Secara umum, Penjor merupakan wujud
rasa bakti umat ke hadapan Sang Pencipta sebagai ucapan terima kasih atas
karunia yang telah diberikan. Penjor terbuat dari sebatang bambu yang
melengkung di bagian ujungnya. Bambu tersebut kemudian dihiasi dengan
lengkungan janur serta plawa (dedaunan) di bagian bawahnya. Perlengkapan penjor
adalah pala bungkah (jenis umbi-umbian seperti ketela rambat), pala gantung
(misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), pala wija (seperti jagung, padi
dll), jajan, serta "Sanggah Ardha Candra" yang lengkap dengan sesajennya.
Pada bagian ujung penjor digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan porosan
dan bunga. Sanggah Penjor Galungan mempergunakan Sanggah Ardha Candra yang
terbuat dari bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dengan atap yang
melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bulan sabit.
Bambu
tinggi melengkung adalah gambaran atau perlambangan dari gunung yang tertinggi
sebagai tempat yang suci. Hiasan yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, padi,
jajan dan kain merupakan perwakilan dari seluruh tumbuhan dan benda sandang
pangan yang telah dikaruniakan oleh Sanghyang Widhi Wasa. Penjor Galungan
adalah penjor yang bersifat religius yang mempunyai fungsi tertentu dalam
upacara keagamaan yang wajib dibuat lengkap dengan perlengkapannya. Dilihat
dari segi bentuknya, penjor merupakan lambang Pertiwi dengan segala hasilnya
yang memberikan kehidupan dan keselamatan. Pertiwi atau tanah yang digambarkan
sebagai dua ekor naga yaitu Naga Basuki dan Ananthabhoga. Selain itu, penjor
juga merupakan perlambangan gunung, yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan.
Oleh
karena itu, membuat sebuah penjor sehubungan dengan pelaksanaan upacara
memerlukan persyaratan tertentu dalam arti tidak asal membuat saja, namun
seharusnya penjor tersebut sesuai dengan ketentuan Sastra Agama, sehingga tidak
berkesan hiasan saja. Sesungguhnya unsur-unsur penjor tersebut adalah merupakan
symbol-simbol suci, sebagai landasan peng-aplikasian ajaran Weda, sehingga
mencerminkan adanya nilai-nilai etika Agama. Unsur-unsur pada penjor merupakan
simbol-simbol sebagai berikut:
-
Kain putih yang terdapat pada penjor sebagai simbol kekuatan Hyang Iswara.
-
Bambu sebagai simbol dan kekuatan Hyang Brahma.
-
Kelapa sebagai simbol kekuatan Hyang Rudra.
-
Janur sebagai simbol kekuatan Hyang Mahadewa.
-
Daun-daunan (plawa) sebagai simbol kekuatan Hyang Sangkara.
-
Pala bungkah, pala gantung sebagai simbol kekuatan Hyang Wisnu.
-
Tebu sebagai simbol kekuatan Hyang Sambu.
-
Sanggah Ardha Candra sebaga: simbol kekuatan Hyang Siwa.
-
Upakara sebagai simbol kekuatan Hyang Sadha Siwa dan Parama Siwa.
Terlepas
dari semua itu, masyarakat biasanya membuat Penjor tersebut agar tampil lebih
indah. Di sinilah kreatifitas tersebut dituangkan. Pada bagian lekukan janur
yang paling bawah, biasanya dibentuk lebih besar dan dibuat lebih seni. Bahkan
ada yang membentuknya menyerupai bunga teratai, naga atau burung. Janur Penjor
ini juga bisa dijadikan mata pencaharian sampingan ketika Galungan tiba. Pasalnya
tidak semua orang memiliki kreatifitas untuk membuatnya. Di samping itu juga
terbatasnya waktu untuk membuat janur tersebut.
dikutip dari : http://www.parisada.org
gambar : www.google.co.id
By, Sukariyanto