Kyoto – Japan
Hallo kawan, setelah sekian lama gak update
blog karena padatnya aktivitas (males nulis juga sih), kali ini saya akan
bercerita sedikit tentang Kota Kyoto, Jepang. Yups, negara yang pernah menjajah
kita sekitar 3,5 tahun ini memang memiliki konsep tata kota yang benar-benar
apik. Gak salah kalau Jepang dikatakan sebagai salah satu urban tourism terbaik
di dunia.
Kyoto merupakan kota tua di Jepang yang pada
zaman dahulu pernah menjadi pusat kerajaan. Hal ini menjadi latar belakang
mengapa kebudayaan Jepang sangat kental di kota ini hingga sekarang. Meski
Kyoto saat ini menjadi kota metro namun, berbagai hal unik yang berbau
peninggalan budaya masih mudah ditemukan di kota ini.
Transportasi
Berbeda halnya dengan Tokyo yang menjadi pusat
Ibu Kota Jepang saat ini, moda transportasi di Kyoto masih tergolong sederhana.
Jika di Tokyo menggunakan kereta sebagai moda transportasi massal utama bagi
masyrakatnya, Kyoto masih bertahan dengan bus sebagai moda transportasi massal
utama. Menggunakan bus di Kyoto juga sangat mudah, baik dari sisi rute, busnya
sendiri hingga pembelian tiket.
Tidak seperti di Indonesia, Halte bus di Kyoto
terbilang sangat sederhana. Tidak ada ruang tunggu sesperti yang disediakan bus
Trans Jakarta melainkan hanya berupa bangunan sederhanya dengan atap dan
beberapa tempat duduk untuk berteduh sambal menunggu bus. Di sebelahnya
terdapat papan penunjuk rute lengkap dengan nomor bus yang melayani rute tersebut.
Memang tidak ada waktu pasti pemberhetian bus, namun penumpang tidak perlu
khawatir karena selang waktu kedatangan bus tidak terlalu lama. Untuk tiket,
tersedia tiket per rute atau pun per hari.
Selain bus, moda transportasi yang tersedia
adalah taxi yang juga sangat mudah dijumpai. Untuk transportasi pribadi
masyarakat Jepang menggunakan mobil sebagai pilihan utama, beberapa juga ada
yang menggunakan sepeda dan motor. Untuk mencapai Kyoto wisatawan dapat
menggunakan Shinkansen dari Tokyo ataupun menggunakan pesawat melalui bandara
Kansai - Osaka (untuk rute
internasional).
Living
Kehiduapan di Kyoto tidak jauh berbeda dengan
kota-kota lainnya di Jepang. Di pusat kota terdapat ruko-ruko yang berjejer di
sepajang jalan. Pada lantai dasar terdapat berbagai toko reatail modern. Di bagian
atasnya bisa menjadi berbagai fungsi seperti hotel, apartemen, kantor, restoran
dll. Satu hal yang sangat berbeda antara kebiasaan orang Jepang dengan
Indonesia adalah budaya berjalan kaki. Trotoar atau pedestrian di Jepang jauh
lebih lebar dibanding trotoar di Indonesia. Posisinyapun sejajar dengan jalan
raya, sedangkan di Indoesia lazimnya lebih tinggi dari jalan raya. Kendati pedestriannya
sejajar dengan jalan raya, tidak ada satupun mobil atau motor yang menggunakan
pedestrian seperti yang terjadi di Indonesia. Pejalan kaki adalah pengguna
jalan prioritas di Jepang, sehingga kendaraan lain akan mengalah jika ada
pejalan kaki yang menyeberang jalan. Selain itu, traffic light untuk pejalan
kaki difungsikan dengan sangat baik. Jika lampu menyala merah, maka pejalan
kaki akan berhenti dan menunggu hingga lampu hijau untuk menyeberang jalan
(kendati masih ada segelintir orang yang melanggar :D).
Masyarakat di perkotaan memilih apartemen
sebagai tempat tinggal, rumah-rumah tradisional masih terjaga kelestariannya di
pedesaan. Meski telah menjadi kota metropolitan, namun Kyoto masih bisa
mempertahankan arsitektur bangunannya hingga saat ini. Seperti yang telah
disebutkan di atas, budaya Jepang juga masih kental terasa. Salah satu budaya
yang sangat mudah dijumpai adalah Geisha.
Geisha merupakan Wanita Jepang yang berdandan dengan menggunakan Kimono atauun yang lebih simple yang dikenal dengan Yukata. Geisha bekerja sebagai penghibur kaum pria di tempat hiburan malam dengan menyajikan berbagai kesenian dan juga pelayanan (penghibur dalam konotasi positif). Wanita Jepang yang berprofesi sebagai Geisha dituntut harus serba bisa mulai dari melayani hingga menguasai berbagai kesenian. Yang unik dengan Geisha ini adalah tidak diperbolehkan memphoto Geisha sembaragan. Jadi ketika anda ke Kyoto dan bertemu dengan Geisha jangan pernah memotret sembarangan atau diam-diam, apa lagi menggunakan kamera DSLR. Jika anda ini memotret atau berfoto bersama Geisha, anda harus meminta izin terlebih dahulu.
Kehidupan malam di Kyoto juga tidak jauh
berbeda. Terdapat banyak restoran atau bar yang buka hingga malam yang juga
menyajikan berbagai minuman dimana yang paling khas adalah Sake. Di Kyoto,
terdapat banyak gang kecil, namun anda tidak perlu ragu memasuki gang-gang
tersebut, karena terdapat banyak bar / resto kecil di dalamnya. Ada yang
menarik dengan restoran di Jepang yakni ukurannya yang tergolong kecil. Sebagian
besar tempat makan di Jepang termasuk di Kyoto relatif sempit, sehingga
masyarakat bisa mengantre untuk makan di tempat tersebut. Jadi, jangan
kebiasaan ngobrol lama-lama saat makan ya… kaian yang lain antre di luar :D
Di daerah Shijo Kawaramachi, Kyoto, terdapat sejenis pasar yang menjual berbagai kebutuhan harian, souvenir hingga fashion. Harga-harga di toko-toko yang ada di pasar ini juga bervariasi dan mereka menawarkan fix price lengap dengan lebel harga layaknya supermarket. Jadi anda tidak perlu tawar-tawar lagi. Jika anda ingin membeli oleh-oleh murah (terutama berupa snack / cokelat) anda bisa masuk dalam mini market yang ada di tengah pasar (lupa namanya :D). Di lantai 1 tersdapat berbagai kebutuhan sehari-hari dan di laintai 2 tersapat berbagai makanan dan kebutuhan lainya yang dijual serba 100¥.
Lalu apa aja sih tempat wisata di Kyoto?
I’ll be right back after this ;)