RSS

Air Terjun Banyumala


Pariwisata Bali memang telah tersohor di dunia internasional sejak tahun 1980an. Lebih dari 3 dekade telah berlalu, berbagai rintangan dan pasang surut telah dilalui oleh pariwisata Bali. Namun eksistensi pariwisata Bali hingga saat ini masih bisa dipertahankan dengan baik, bahkan terus mengalami perkembangan. Terlepas dari beberapa daya tarik wisata yang telah bertahun-tahun menjadi andalan di Pulau Dewata, ternyata begitu banyak sumberdaya pariwisata di Pulau Bali yang belum terekspose.

Tidak dapat dipungkiri, berkembangnya minat photography dikalanganan generasi muda yang diiringi dengan teknologi kamera yang semakin canggih (bahkan kamera smartphone dapat menghasikan kualitas gambar yang sangat baik), membuat keinginan genarasi muda Bali saat ini untuk melakukan aktivitas wisata pun meningkat. Belakangan, begitu banyak atraksi wisata baru yang konon katanya “anti mainstream” bermunculan dan menjadi perbincangan di media sosial khususnya Instagram. Sebagian besar atraksi wisata tersebut merupakan atraksi wisata yang berbasis alam dengan kondisi yang masih alami. Salah satu atraksi yang menjadi perhatian saya adalah Air Terjun Banyumala.


Air Terjun Banyumala terletak di Desa Pakraman Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Desa Wanagiri terletak di sebelah Barat Danau Buyan dan Tamblingan. Desa ini sangat mudah dicapai melalui Kawasan Parwisata Bedugul (Jalan Raya Denpasar – Singaraja), atau juga dapat dicapai melalui Jalan Raya Munduk – Singaraja. Untuk mencapai air terjun, dari Jalan Raya Munduk – Singaraja yang melintang di desa tersebut, pengunjung harus melawati jalan setapak kecil yang bernama Jalan Tirta Kuning sepanjang 3,5 Km. Untuk memudahkan perjalanan sangat disarankan untuk menggunakan sepeda motor, karena parkir mobil berjarak cukup jauh dari air terjun (kecuali memang berniat untuk trekking).


Untuk dapat menikmati keindahan Air Terjun Banyumala, pengunjung cukup membayar tiket masuk sebesar Rp. 10.000 (tanggal 19 Juli 2015). Jalan menuju air terjun ini memang cukup sulit. Melihat antusias masyarakat yang ingin berkunjung ke air terjun tersebut, pihak Dinas Kehutanan bekerjasama dengan masyarakat lokal telah berupaya memperbaiki jalan setapak yang terbuat dari tanah yang dibentuk tangga serta pemasangan tangga bambu untuk melintasi tebing sehingga memudahkan pengunjung untuk mencapai Air Terjun Banyumala.


Udara yang segar, hamparan hutan nan hijau serta air terjun yang begitu elok merupakan hidangan yang dapat anda nikmati setelah menempuh jalan setapak yang masih begitu alami. Kondisi air terjun ini sendiri masih terjaga dengan sangat baik. Airnya begitu jernih dan segar. Lingkungan sekitarpun masih terjaga dengan baik. Tidak terlihat pencemaran sampah taupun libah. Bagi anda yang hendak berkunjung dimohon agar turut menjaga keasrian lingkungan tersebut dengan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.


Selain Air Terjun Banyumala, setidaknya terdapat 2 air terjun kecil lainnya yang masih berada dalam satu areal dengan air terjun tersebut. Salah seorang warga lokal juga menyebutkan Desa Wanagiri memiliki setidaknya 4 air terjun dengan 2 air terjun yang sudah dikelola yaitu Air Terjun Banyumala dan Air Terjun Pucak Manik.


Tak salah jika orang menyebut Bali sebagai Pulau Dewata. Pasalnya pulau ini memang dianugerahi kekayaan alam dan budaya yang luar biasa oleh para Dewata. Sudah sepatutnya masyarakat Bali tak terkecuali wisatawan yang berkunjung ke Bali turut menjaga anugerah tersebut hingga nantinya dapat dinikmati oleh anak cucu kita. Be a good travelers guys!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Agrowisata Salak Sibetan

Hallo Good Travelers!!
Kali ini saya akan sedikit berbagi mengenai sebuah agrowisata yang ada di kawasan Bali timur. Well guys, Bali ternyata tidak hanya mimiliki panorama alam berupa pantai atau gunung, kekhasan budaya dan adat istiadat, tapi juga komoditas lokal yang kini dikemas dengan lebih apik dan menjadi daya tarik tersendiri di Bali.

Yupz, Agrowisata. Belakangan memang banyak berkembang agrowisata di Bali, terutama kopi Luwak. Agrowisata ini banyak terdapat di daerah perbatasan Kabupaten Gianyar dengan Kabupaten Bangli, tepatnya di jalan menuju Kintamani, baik dari arah Tampaksiring, maupun dari arah Ceking (Tegalalalang). Selain kopi Luwak, agrowisata biasanya juga menawarkan berbagai komoditas pertanian lokal, seperti vanili, kayu manis, dan berbagai jenis rampah – rempah lokal. Selain itu ada juga agrowisata yang menawarkan kegiatan petik jeruk, petik strawberry dan lain-lain.

Tapi pernahkah anda mendengar agrowisata yang menawarkan “petik salak” dan juga berbagai olahan salak?

Desa Sibetan, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Karangasem dengan jarak tempuh sekitar 2 jam dari Denpasar. Desa ini terletak di daerah perbukitan yang membuatnya memiliki udara yang sejuk. Jalan akses menuju desa inipun terbilang cukup baik. Mayoritas masyarakat Desa Sibetan bermatapencaharian sebagai petani salak. Hasil pertanian masyarakat Desa Sibetan memang sudah tersohor di Bali dengan nama Salak Sibetan.


Lalu apa yang menarik dari perkebunan salak yang pohonnya penuh dengan duri?

Salak yang selama ini hanya dikenal sebagai Salak Sibetan ternyata bukanlah salak biasa. Pasalnya terdapat 12 jenis salak yang tumbuh di desa tersebut. Melalui tangan seorang pria asal Sibetan yang prihatin terhadap masa depan komoditi khas desanya itu, Salak Sibetan mulai dekemas dengan cara yang lebih menarik.


Bapak Kongking, begitulah sapaan akrab pria yang  kini merintis sebuah wisata agro dengan nama Agrowisata Abian Salak Sibetan. Melalui tangan kreatifnya, perkebunan salak dengan luas sekitar 1 Ha yang ditumbuhi berbagai jenis pohon salak yang penuh duri, ditata dengan sedemikian rupa sehingga aman untuk dikunjungi oleh wisatawan. Tidak hanya membangun sebuah agrowisata, ia juga mencoba berbagai inovasi olahan dengan bahan utama salak sibetan itu sendiri.


Hasilnya?

Begitu memuaskan. Salak yang selama ini hanya dikonsumsi daging buahnya saja, di tangan pak Kongking tidak ada satu bagianpun yang terbuang. Mulai dari kulit, daging buah, biji salak, hingga daunnya, semua bisa diolah. Jika kita mengenal kulit manggis memiliki antioksidan tinggi, salakpun tidak mau kalah.  Berdasarkan hasil penelitian, kandungan antioksidan yang terdapat pada salak juga terhitung tinggi.

Berbagai produk telah dihasilkan dari olahan Salak Sibetan, seperti : wine salak, dodol salak, kurma salak, madu salak, kripik salak, manisan salak, teh salak, kopi salak, dll. Namun sayangnya, saat ini pengambangan olahan salak tersebut belum bisa optimal. Hal ini karena pendanaan yang terbatas dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap usaha masyarakat lokal tersebut. Saat ini, Pak Kongking yang dibantu beberapa mahasiswa UNDIKSHA, sedang mencoba mengembangkan website dan pemasaran.

Selain salak, Desa Sibetan juga memiliki panorama alam yang indah dan udara yang sejuk dengan penduduknya yang begitu ramah. Dari agrowisata ini pengunjung dapat menikmati indahnya panorama pegunungan di kejauhan. Selain itu, mereka juga menyiapkan tempat untuk berkemah, penginapan dan sebuah rumah makan.


Kedepannya, mereka berkeinginan mengembangkan pengolahan salak tersebut sehingga wisatawan juga dapat merasakan langsung membuat oalah berbahan dasar salak. Mereka berharap perhatian dari pemerintah dan berbagai universitas agar dapat membantu pengembangan pariwisata di Desa Sibetan.

Want to know more?
Visit : Agrowisata Abian Salak Sibetan  (Dsn. Karanganyar, Sibetan, Karangasem – Bali)
CP: Pak Kongking : 081936578069 / 085646934325
http://www.visitsibetan.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS