RSS

Wakatobi - Sebuah Destinasi Prioritas yang Masih Perlu Diprioritaskan dalam Pengembangannya

Mendengar kata Wakatobi, bagi pencinta pariwisata pasti sudah tidak asing lagi. Dalam benak pencinta pariwisata,  Wakatobi merupakan sebuah surga bahari yang memiliki gaung yang sangat kuat. Wakatobi sendiri sejatinya adalah sebuah kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Wakatobi diambil dari nama 4 pulau utama di kabupaten tersebut yakni Wangiwangi, Kaledupak, Tomia dan Binongko dengan ibu kota di Wangiwangi.



Bagi saya sendiri, Wakatobi menjadi salah satu destinasi wisata yang sangat ingin saya kunjungi. Keindahan lautnya selalu terngiang ketika mendengar nama Wakatobi. Apalagi destinasi ini telah dijadikan destinasi unggulan sejak tahun 2011 dengan dibentuknya DMO serta dijadikan salah satu dari 10 destinasi prioritas di era Jokowi.

Sebagai destinasi prioritas,  Wakatobi telah mengalami banyak perubahan,  terutama dari sisi pengelolaan. Mulai dari Destination Management Organization  (DMO), hingga Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) yang merupakan besutan dari pemerintah pusat. Di sisi lain,  juga terdapat organisasi swadaya masyarakat dan kerjasama pihak swasta seperti Swiss Contact.

Berwisata ke Wakatobi sejatinya bukanlah perkara mudah.  Pasalnya akses ke kepulauan Wakatobi ini sendiri masih tergolong sulit. Bandara Sultan Hassanudin di Makassar merupakan hub utama penerbangan ke Wakatobi. Dari Makassar, penerbangan dilanjutkan ke Kendari – Sulawesi Tenggara. Dari Kendari inilah penerbangan dilanjutkan ke Bandara Matahora di Pulau Wangiwangi. Penerbangan ke Bandara Matahora hanya ada 2 kali dalam 1 hari yakni dengan maskapai Garuda Indonesia dan Wings Air. Keduanya menggunakan pesawat ATR 72-600 dikarenakan runway di Matahora ini cukup pendek untuk pesawat jenis Jet.



Aksesibilitas ke Wakatobi memang masih menjadi persoalan utama dalam pengembangan pariwisata Wakatobi. Sulitnya menjangkau pulau-pulau menghambat pembangunan. Kapal ke pulau – pulau dari Wangiwangi hanya tersedia 1 kali dalam 1 hari. Keciali anda datang bersama rombongan dan melakukan carter kapal ke pulau tujuan sesuai dengan jadwal anda sendiri.

Sumber daya manusia dalam pengelolaan pariwisata di Wakatobi masih perlu mendapat perbatian. Lembaga kepariwisataan yang ada saat ini memang telah mampu membantu membangun sumberdaya pariwisata, namun melihat apa yang terjadi di lapangan, pengetahuan masyarakat akan pentingnya menjaga alam dan lingkungan memang masih perlu ditingkatkan,  mengingat Wakatobi mengandalkan sumber daya alam dalam pengembangan pariwisata.

Keempat pulau utama di Wakatobi sejatinya memiliki keunikannya tersendiri yang dapat dikembangkan sebagai magnet yang akan mengundang wisatawan.  Wangiwangi sebagai pulau utama memilki kemudahan dalam aksesibilitas baik antar daerah atau provinsi, antar pulau,  ataupun internal dari sisi administrasi. Hal ini dapat menjadi added value yang dimiliki Wangiwangi sehingga dapat dikembangkan sebgai home base wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi dengan segala fasilitasnya.

Kaledupak memiliki kawasan hutan mangrove yang tidak dimiliki oleh pulau lainnya. Pulau ini memang dikelilingi oleh hutan bakau yang cukup rimbun. Hutan tersebut sejatinya dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata.  Island working group Kaledupak telah mengusulkan kawasan hutan mangrove tersebut sebagai atraksi wisata berupa mangrove canoeing, dan mangrove sight seeing activities. Selain aktivitas tersebut hutan mangrove Kaledupak sejatinya masih bisa dimanfaatkan untuk aktivitas lainnya seperti pusat edukasi dan konservasi mangrove hingga pemberdayaan masyarakat dalam pengolahan hasil mangrove.

Tomia adalah salah satu pulau favorite bagi wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi. Pasalnya pulau ini memiliki kekayaan bahari yang lebih istimewa dibandingkan dengan pulau- pulau lainnya. Tujuan utama wisatawan yang berkunjung ke pulau Tomia adalah melakukan aktivitas bahari berupa snorkeling dan diving. Namun selain 2 aktivitas utama tersebut, wisatawan yang berkunjung ke Tomia tentu dapat melalukan aktivitas lainnya seperti village tour serta mengunjungi  beberapa spot menarik di tomia seperti bukit Kahiyanga.


Sedangkan Binongko adalah pulau terjauh dari ibu kota Wakatobi. Jarak tempuh ke pulau ini dari Wangiwangi rata – rata 6 jam perjalanan dengan speed boat. Bahkan jika cuaca kurang baik, perjalanan ke pulau ini bisa sampai 8 jam.  Pulau Binongko dikenal dengan kerajinan besinya. Potensi yang dimiliki oleh masyarakat pulau Binongko ini sempat diajukan sebagai tema festival oleh island working group pulau ini.

Aktivitas bahari di Wakatobi bisa dilakukan sepanjang tahun. Namun waktu terbaik berkunjung ke daerah ini adalah pada bulan april – juni / oktober – desember.  Pada musim tertentu maka aktivitas bahari akan dilakukan pada bagian pulau yang berlawanan dengan arah mata angin. Kondisi terumbu karang di Wakatobi terbilang cukup baik. Namun sayangnya masih terdapat sampah baik daun maupun plastik terbawa oleh arus laut. Terlebih lagi nelayan atau petugas kapal justru membuang sampahnya ke laut secara sembarangan.

Pada akhirnya sumber daya alam yang begitu indah tetap harus didukung dengan sumber daya manusia yang handal. Pemerintah seyogyanya tidak hanya berpikir bagaimana mendatangkan wisatawan ke destinasi, melainkan juga diimbangi dengan pengembangan infrastuktur dan sumber daya manusia.  Bagaimanapun, consumer experience merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan sebuah destinasi wisata. Akan percuma jika hanya mendatangkan wisatawan namun tidak diimbangi dengan memperhatikan kepuasan / kenyamanan wisatawan.  Bisa saja wisatawan akan datang,  namun ketika mereka tidak merasa puas maka mereka tidak akan ingin untuk berkunjung kembali dan yang terburuk adalah mereka akan memberikan penilaian negatif terhadap destinasi yang dapat menurunkan citra destinasi.

Sebagai destinasi prioritas, Wakatobi sudah seyogyanya berbenah.  Sumber daya alam yang begitu kaya harus dikelola oleh sumber daya manusia yang handal dan masyarakat sadar wisata.  Konektivitas sudah selayaknya mendapat prioritas dalam pembangunan infrastruktur. Sehingga wisatawan dapat berwisata dengan aman dan nyaman untuk berwisata di Wakatobi.

Mari bersama dukung Wakatobi menjadi destinasi “prioritas” yang sesungguhnya.  Prioritas sumber daya alamnya,  prioritas sumber daya manusianya,  prioritas konektivitas dan infrastrukturnya serta prioritas kepuasan wisatawanmya.

Tips berwisata ke Wakatobi:
1. Make sure jadwal penerbangan
Perhatikan lama waktu transit dan kemungkinan terjadinya delay
2. Stamina fit
Yakinkan bahwa anda dalam kondisi yang benar – benar sehat ketika berkunjung ke Wakatobi terlebih lagi akan berkunjung ke pulau – pulau.
3. Transpirtasi darat dan laut
Selain transpirtasi udara,  anda juga harus memperhatikan tranportasi darat dan laut. Jika memungkinkan pesanlah transpirtasi darat dan laut sebelum anda berangkat ke Wakatobi, sehingga anda yakin akan bemar-benar ada yang menjemput anda di bandara dan mengantarkan anda ke tempat tujuan. Perhatikan juga jadwal keberangkatan kapal dari Wangiwangi menuju pulau – pulau lain, mengingat jadwal keberangkatan dan kedatangan tidak selalu ada setiap hari. Jika anda datang dalam rombongan, disarankan mencarter kapal sehingga waktu keberangkatan kapal dapat mengikuti jadwal anda.

Semoga dapat memberikan informasi dan gambaran kondisi Wakatobi sehingga perjalanan anda dapat berjalan baik.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kyoto - Japan

Kyoto – Japan

Hallo kawan, setelah sekian lama gak update blog karena padatnya aktivitas (males nulis juga sih), kali ini saya akan bercerita sedikit tentang Kota Kyoto, Jepang. Yups, negara yang pernah menjajah kita sekitar 3,5 tahun ini memang memiliki konsep tata kota yang benar-benar apik. Gak salah kalau Jepang dikatakan sebagai salah satu urban tourism terbaik di dunia.

Kyoto merupakan kota tua di Jepang yang pada zaman dahulu pernah menjadi pusat kerajaan. Hal ini menjadi latar belakang mengapa kebudayaan Jepang sangat kental di kota ini hingga sekarang. Meski Kyoto saat ini menjadi kota metro namun, berbagai hal unik yang berbau peninggalan budaya masih mudah ditemukan di kota ini.

Transportasi

Berbeda halnya dengan Tokyo yang menjadi pusat Ibu Kota Jepang saat ini, moda transportasi di Kyoto masih tergolong sederhana. Jika di Tokyo menggunakan kereta sebagai moda transportasi massal utama bagi masyrakatnya, Kyoto masih bertahan dengan bus sebagai moda transportasi massal utama. Menggunakan bus di Kyoto juga sangat mudah, baik dari sisi rute, busnya sendiri hingga pembelian tiket.

Tidak seperti di Indonesia, Halte bus di Kyoto terbilang sangat sederhana. Tidak ada ruang tunggu sesperti yang disediakan bus Trans Jakarta melainkan hanya berupa bangunan sederhanya dengan atap dan beberapa tempat duduk untuk berteduh sambal menunggu bus. Di sebelahnya terdapat papan penunjuk rute lengkap dengan nomor bus yang melayani rute tersebut. Memang tidak ada waktu pasti pemberhetian bus, namun penumpang tidak perlu khawatir karena selang waktu kedatangan bus tidak terlalu lama. Untuk tiket, tersedia tiket per rute atau pun per hari.

Selain bus, moda transportasi yang tersedia adalah taxi yang juga sangat mudah dijumpai. Untuk transportasi pribadi masyarakat Jepang menggunakan mobil sebagai pilihan utama, beberapa juga ada yang menggunakan sepeda dan motor. Untuk mencapai Kyoto wisatawan dapat menggunakan Shinkansen dari Tokyo ataupun menggunakan pesawat melalui bandara Kansai  - Osaka (untuk rute internasional).


Living

Kehiduapan di Kyoto tidak jauh berbeda dengan kota-kota lainnya di Jepang. Di pusat kota terdapat ruko-ruko yang berjejer di sepajang jalan. Pada lantai dasar terdapat berbagai toko reatail modern. Di bagian atasnya bisa menjadi berbagai fungsi seperti hotel, apartemen, kantor, restoran dll. Satu hal yang sangat berbeda antara kebiasaan orang Jepang dengan Indonesia adalah budaya berjalan kaki. Trotoar atau pedestrian di Jepang jauh lebih lebar dibanding trotoar di Indonesia. Posisinyapun sejajar dengan jalan raya, sedangkan di Indoesia lazimnya lebih tinggi dari jalan raya. Kendati pedestriannya sejajar dengan jalan raya, tidak ada satupun mobil atau motor yang menggunakan pedestrian seperti yang terjadi di Indonesia. Pejalan kaki adalah pengguna jalan prioritas di Jepang, sehingga kendaraan lain akan mengalah jika ada pejalan kaki yang menyeberang jalan. Selain itu, traffic light untuk pejalan kaki difungsikan dengan sangat baik. Jika lampu menyala merah, maka pejalan kaki akan berhenti dan menunggu hingga lampu hijau untuk menyeberang jalan (kendati masih ada segelintir orang yang melanggar :D).





Masyarakat di perkotaan memilih apartemen sebagai tempat tinggal, rumah-rumah tradisional masih terjaga kelestariannya di pedesaan. Meski telah menjadi kota metropolitan, namun Kyoto masih bisa mempertahankan arsitektur bangunannya hingga saat ini. Seperti yang telah disebutkan di atas, budaya Jepang juga masih kental terasa. Salah satu budaya yang sangat mudah dijumpai adalah Geisha.




Geisha merupakan Wanita Jepang yang berdandan dengan menggunakan Kimono atauun yang lebih simple yang dikenal dengan Yukata. Geisha bekerja sebagai penghibur kaum pria di tempat hiburan malam dengan menyajikan berbagai kesenian dan juga pelayanan (penghibur dalam konotasi positif). Wanita Jepang yang berprofesi sebagai Geisha dituntut harus serba bisa mulai dari melayani hingga menguasai berbagai kesenian. Yang unik dengan Geisha ini adalah tidak diperbolehkan memphoto Geisha sembaragan. Jadi ketika anda ke Kyoto dan bertemu dengan Geisha jangan pernah memotret sembarangan atau diam-diam, apa lagi menggunakan kamera DSLR. Jika anda ini memotret atau berfoto bersama Geisha, anda harus meminta izin terlebih dahulu.

Kehidupan malam di Kyoto juga tidak jauh berbeda. Terdapat banyak restoran atau bar yang buka hingga malam yang juga menyajikan berbagai minuman dimana yang paling khas adalah Sake. Di Kyoto, terdapat banyak gang kecil, namun anda tidak perlu ragu memasuki gang-gang tersebut, karena terdapat banyak bar / resto kecil di dalamnya. Ada yang menarik dengan restoran di Jepang yakni ukurannya yang tergolong kecil. Sebagian besar tempat makan di Jepang termasuk di Kyoto relatif sempit, sehingga masyarakat bisa mengantre untuk makan di tempat tersebut. Jadi, jangan kebiasaan ngobrol lama-lama saat makan ya… kaian yang lain antre di luar :D




Di daerah Shijo Kawaramachi, Kyoto, terdapat sejenis pasar yang menjual berbagai kebutuhan harian, souvenir hingga fashion. Harga-harga di toko-toko yang ada di pasar ini juga bervariasi dan mereka menawarkan fix price lengap dengan lebel harga layaknya supermarket. Jadi anda tidak perlu tawar-tawar lagi. Jika anda ingin membeli oleh-oleh murah (terutama berupa snack / cokelat) anda bisa masuk dalam mini market yang ada di tengah pasar (lupa namanya :D). Di lantai 1 tersdapat berbagai kebutuhan sehari-hari dan di laintai 2 tersapat berbagai makanan dan kebutuhan lainya yang dijual serba 100¥.
Lalu apa aja sih tempat wisata di Kyoto?

I’ll be right back after this ;)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS