RSS

Agrowisata Salak Sibetan

Hallo Good Travelers!!
Kali ini saya akan sedikit berbagi mengenai sebuah agrowisata yang ada di kawasan Bali timur. Well guys, Bali ternyata tidak hanya mimiliki panorama alam berupa pantai atau gunung, kekhasan budaya dan adat istiadat, tapi juga komoditas lokal yang kini dikemas dengan lebih apik dan menjadi daya tarik tersendiri di Bali.

Yupz, Agrowisata. Belakangan memang banyak berkembang agrowisata di Bali, terutama kopi Luwak. Agrowisata ini banyak terdapat di daerah perbatasan Kabupaten Gianyar dengan Kabupaten Bangli, tepatnya di jalan menuju Kintamani, baik dari arah Tampaksiring, maupun dari arah Ceking (Tegalalalang). Selain kopi Luwak, agrowisata biasanya juga menawarkan berbagai komoditas pertanian lokal, seperti vanili, kayu manis, dan berbagai jenis rampah – rempah lokal. Selain itu ada juga agrowisata yang menawarkan kegiatan petik jeruk, petik strawberry dan lain-lain.

Tapi pernahkah anda mendengar agrowisata yang menawarkan “petik salak” dan juga berbagai olahan salak?

Desa Sibetan, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Karangasem dengan jarak tempuh sekitar 2 jam dari Denpasar. Desa ini terletak di daerah perbukitan yang membuatnya memiliki udara yang sejuk. Jalan akses menuju desa inipun terbilang cukup baik. Mayoritas masyarakat Desa Sibetan bermatapencaharian sebagai petani salak. Hasil pertanian masyarakat Desa Sibetan memang sudah tersohor di Bali dengan nama Salak Sibetan.


Lalu apa yang menarik dari perkebunan salak yang pohonnya penuh dengan duri?

Salak yang selama ini hanya dikenal sebagai Salak Sibetan ternyata bukanlah salak biasa. Pasalnya terdapat 12 jenis salak yang tumbuh di desa tersebut. Melalui tangan seorang pria asal Sibetan yang prihatin terhadap masa depan komoditi khas desanya itu, Salak Sibetan mulai dekemas dengan cara yang lebih menarik.


Bapak Kongking, begitulah sapaan akrab pria yang  kini merintis sebuah wisata agro dengan nama Agrowisata Abian Salak Sibetan. Melalui tangan kreatifnya, perkebunan salak dengan luas sekitar 1 Ha yang ditumbuhi berbagai jenis pohon salak yang penuh duri, ditata dengan sedemikian rupa sehingga aman untuk dikunjungi oleh wisatawan. Tidak hanya membangun sebuah agrowisata, ia juga mencoba berbagai inovasi olahan dengan bahan utama salak sibetan itu sendiri.


Hasilnya?

Begitu memuaskan. Salak yang selama ini hanya dikonsumsi daging buahnya saja, di tangan pak Kongking tidak ada satu bagianpun yang terbuang. Mulai dari kulit, daging buah, biji salak, hingga daunnya, semua bisa diolah. Jika kita mengenal kulit manggis memiliki antioksidan tinggi, salakpun tidak mau kalah.  Berdasarkan hasil penelitian, kandungan antioksidan yang terdapat pada salak juga terhitung tinggi.

Berbagai produk telah dihasilkan dari olahan Salak Sibetan, seperti : wine salak, dodol salak, kurma salak, madu salak, kripik salak, manisan salak, teh salak, kopi salak, dll. Namun sayangnya, saat ini pengambangan olahan salak tersebut belum bisa optimal. Hal ini karena pendanaan yang terbatas dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap usaha masyarakat lokal tersebut. Saat ini, Pak Kongking yang dibantu beberapa mahasiswa UNDIKSHA, sedang mencoba mengembangkan website dan pemasaran.

Selain salak, Desa Sibetan juga memiliki panorama alam yang indah dan udara yang sejuk dengan penduduknya yang begitu ramah. Dari agrowisata ini pengunjung dapat menikmati indahnya panorama pegunungan di kejauhan. Selain itu, mereka juga menyiapkan tempat untuk berkemah, penginapan dan sebuah rumah makan.


Kedepannya, mereka berkeinginan mengembangkan pengolahan salak tersebut sehingga wisatawan juga dapat merasakan langsung membuat oalah berbahan dasar salak. Mereka berharap perhatian dari pemerintah dan berbagai universitas agar dapat membantu pengembangan pariwisata di Desa Sibetan.

Want to know more?
Visit : Agrowisata Abian Salak Sibetan  (Dsn. Karanganyar, Sibetan, Karangasem – Bali)
CP: Pak Kongking : 081936578069 / 085646934325
http://www.visitsibetan.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ijen Crater and a Natural Wonder of Blue Fire

Have you heard about Ijen Crater? Or have you gone there? What about “Blue Fire”? Have you seen it before?

Well, now, I’d like to tell you my experiences at Mount Ijen which has a scarce “Blue Fire”.

Ijen is name of a mount which has a crater on it’s top and it’s located in Banyuwangi Regency, East Java. It’s take about 3 hours drive from Ketapang Harbour or about 2 hours drive from the city of Banyuwangi. The entrance gate to Ijen Crater is called Paltuding which is located on slopes of Mount Ijen about 1.850 M above sea level. In this place also found some homestays, stall selling, camping ground, parking area and public toilet. Before trekking to the crater, you have to buy the entrance ticket here. The price will be different between the work days and weekend.


The entrance gate will be opened at 02:00 AM local time. From Paltuding, you have to walk for ± 3 Km to the top of Mount Ijen. It’s take about 2 hours. Don’t forget to bring your own water. On the way to the top, you’ll find some resting place and many garbage bin. So please don’t throw your rubbish carelessly. Near of the top, you’ll find a stall selling, you can buy some mineral water or other things here.

Well guys, the top of the mount is located at 2.386 M above sea level, but it’s not the peak. The heist peak of Mout Ijen is about 2.443 M above sea level. To reach the crater, you have to go down through rocky cliff, it’s take about 15 – 30 minutes by walk. Don't forget to prepare your mask because the smoke from the crater can be so dangerous. If you don't have one, you can ask it to your local guide. Or if you are not using guide, local people will ask you to rent it shortly before the way down to the crater. Please be careful, beside of dangerous, there’s also some sulfur miner using the same path. So, after arriving in the crater, what you will find?


You will find a miracle! A wonder of the world. Yes, it’s a “Blue Fire”! So, what is “Blue Fire”? According to National Geographic “The glow is actually the light from the combustion of sulfuric gases. Those gases emerge from cracks in the volcano at high pressure and temperature - up to 1,112°F (600°C). When they come in contact with the air, they ignite, sending flames up to 16 feet (5 meters) high. Some of the gases condense into liquid sulfur, which continues to burn as it flows down the slopes”.


There are only 2 “Blue Fire” in the world. One is located in Iceland, Europe and another one is located in Ijen Crater, Indonesia. That’s way many people said it’s a natural wonder of the world. You can see the amazing “Blue Fire” only in the dark. So, make sure you’re already at the crater before the sunrise.


After you reach the top again in the morning, you’ll see the beauty of Mont Ijen, Mount Meranti and also Mount Raung in the distance. Local miners will also ask you some souvenirs which is made from the sulfur. You can buy it if you want and it's admittedly cheap. It's only as an additional income for them, because the sulfur which they take from the crater is not as expensive as the struggles they go through.


Let's visit Ijen Crater and see the “Wonderful Indonesia”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS