RSS

Kabupaten Klungkung

Monumen Puputan Klungkung

Tugu atau bangunan ini menjulang tinggi setinggi 28 meter dari alas/dasar bangunan di tengah-tengah kota Semarapura berbentuk Lingga-Yoni yang dibangun pada areal seluas 123 meter persegi, diberi nama Monumen Puputan Klungkung yang peresmiannya dilakukan oleh Bapak Menteri Dalam Negeri pada tanggal 28 April 1992. Seluruh bangunan monumen tersebut dibuat dengan batu hitam sehingga selaras dengan makna filsafat Hindu yaitu puputan atau perang habis-habisan yang dilakukan oleh putra-putri terbaik kerajaan klungkung bersama-sama dengan rakyatnya.

Lokasi
Monumen puputan Klungkung terletak ditengah-tengah Kota Semarapura sehingga mudah dicapai dengan baik dari arah Denpasar, Besakih, Candi Dasa, karena berdiri di pinggiran jalur lalu lintas yang ramai. Letak monumen Puputan Klungkung sangat strategis karena berdekatan dengan Kertha Gosa/Taman Gili, Pusat Pertokoan, Pasar Tradisional dan Kantor Pemerintah.

Kunjungan
Sejak dibukanya Monumen Puputan Klungkung telah banyak dikunjungi oleh wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

Deskripsi
Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa-jasa pahlawannya, demikian untaian kata-kata yang menjadikan motivasi Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung dalam membangun monumen Puputan Klungkung guna mengenang dan menghargai jasa-jasa para pahlawan ksatria yang telah gugur dan rela mengorbankan jiwa raganya serta harta bendanya dalam mempertahankan dan menjunjung harga diri serta martabat nusa dan bangsa dari perkosaan oleh kolonial. Monumen Puputan Klungkung yangmerupakan Tugu peringatan dari suatu peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari selasa Umanis tanggal 28 April 1908 dan pada areal monumen tersebut telah terjadi/pernah terjadi puputan atau perang habis-habisan yang merupakan satu bukti perlawanan gigih melawan usaha-usaha penjajah Belanda dalam menancapkan kuku-kuku imprealismenya. Rakyat Klungkung yang cinta kemerdekaan sangat menghormati dan menjunjung tinggi keluhuran dan kesucian tumpah darah dibawah pimpinan seorang raja yang berkuasa pada waktu itu dan diikuti para bahudanda yang setia telah gugur bergelimang darah akibat hantaman peluru-peluru Belanda. Itulah Klungkung yang walaupun wilayahnya hanyalah setitik kecil dari wilayah persada nusantara, namun sanggup menjunjung dan memegang teguh jiwa heroisme dan patriotisme melalui perang puputan. Monumen Klungkung berbentuk Lingga dan yoni didirikan di atas areal seluas 123 meter persegi, dilengkapi dengan 4 buah balai bengong pada sdudut-sudut halamannya. Bagian baweah lingga terdapat ruangan yang sangat besar berupa gedung persegi empat yang berpintu masuk berupa gapura sebanyak 4 buah yakni satu dari timur, satu dari selatan, satu dari barat dan satu lagi dari utara. Ketinggian monumen itu dari dasar sampai ke puncak lingga adalah 28 m. Sedangkan antara gedung/ruang bawah dengan lingga terdapat semmacam bangunan kubah bersegi delapan dialasi kembang-kembang teratai sebanyak 19 buah. Ini keseluruhannya mencerminkan tanggal 28 april 1908. Puputan Klungkung itu kini diperingati setiap tahun. Sedangkan di dalam ruangan monumen dilengkapi dengan diorama, yang menggambarkan perjuangan rakyat Klungkung bersama rajanya.



Pura Taman Sari 

Lingkungan Pura Taman Sari yang diantaranya terdiri dari dua buahmeru Tumpang sebelas dan meru tumpang sembilan serta dasarnya dilandasi oleh kura-kura raksasa, dikelilingi oleh kolam, dibelit oleh naga Ananthaboga, mengisahkan pada saat para dewa memutar air kehidupan (amerta) untuk kebahagiaan dan kesejahteraan.


Lokasi
Lingkungan Pura Taman Sari terletak di Banjar Sengguhan, arah timur laut kota Semarapura, sejauh kurang lebih 500 meter, dapat dicapai dengan kendaraan baik roda dua maupun roda empatsertas jalannya sudah diaspal. Tepatnya di Kelurahan Semarapura.



Kunjungan
Lingkungan Pura Taman Sari belum banyak mendapat kunjungan wisatawan, hanya dikunjungi dalam rangka penelitian yang berkaitan dengan obyek penelitian pra sejarah.



Deskripsi
Letak Pura Taman Sari di sudut Timur Laut Kota Klungkung kira-kira 500 meter dari pusat kota. Keindahan Pura ini terlihat dari menyembulnya Meru Tumpang Sebelas dan Meru Tumpang Sembilan dari sebuah kolam. Dari ragam hias Tumpang Sebelas dapat kita maklumi bahwa meru tersebut ibarat Gunung Maha Meru yang dilandasi oleh kura-kura raksasa, terbenam di lautan susu. Kemudian para dewa dan raksasa memutar gunung Maha Meru dengan naga Ananthaboga sebagai pembelitnya. Dengan pusingan gunung tersebut di lautan susu kan dihasilkan berbagai macam produk, diantaranya adalah Amerta (air kehidupan). Demikianlah macam produk, diantaranya adalah Amerta (Air kehidupan). Demikianlah menurut ceritera yang termuat dalam Adi Parwa akan kebesaran arti dari Amerta sebagai pemberi air hidup dunia serta kesejahteraan dan kesucian. Tema ceritra tersebut sangat cocok dengan fungsi kehidupan lingkungan Pura Taman Sari. Lingkungan Pura Taman Sari sebagai tempat memuliakan danmenyimpan senjata pusaka kebesaran Majapahit yang dimiliki oleh Dynasti Kepakisan sebagai penguasa yang ditugaskan oleh Raja Majapahit untuk mengatur ketentraman pulau Bali. Sekalipun senjata-senjata kebesaran yang sangat dimuliakan sudah dirampas oleh Belanda dalam perang Puputan Klungkung pada tahun 1908, namuan hiasan Padma Anglayang sebagai lambang kekuasaan Majapahit masih terdapat pada lingkungan Pura ini. Lingkungan Pura ini dibangun pada akhir abad ke XVII yaitu ketika mulai perpindahan raja keturunan dinasti Kepakisan dari Gelgel ke Klungkung sebagai sesuhunan di Bali. Saat-saat terpenting tercatat dari Lingkungan Pura Taman Sari ialah ketika Dewa Agung Istri Kania memerintah untuk menghancurkan penyerbuan Belanda tahun 1849 di Kusamba. Dari lingkungan Pura Taman Sari beliau menugaskan untuk mempergunakan senjata pusaka yang bernama I Seliksik kepada prajurit Klungkung . Misi penugasan ini berhasil dengan gemilang, tentara Belanda porak poranda di pantai Kusamba dan kerugian yang terbesar adalah gugurnya Jendral Michiels dalam pertempuran tersebut. Sejak dipugar oleh Suaka Purbakala Bali mulai tahun 1979 maka keindahan lingkungan pura ini telah kembali seperti sedia kala.



Desa Tihingan

Desa Tihingan di Kecamatan Banjarangkan merupakan pusat kerajinan pembuat gong (Gamelan). Pembuatan gong dikerjakan mulai dari tenaga kasar sampai tenaga ahli yang khusus untuk menyelaraskan suara gong/gamelan tersebut. Jadi yangterpenting dari pekerjaan ini adalah keahlian untuk menyelaraskan suara gong. Di Desa Tihingan terdapat dua kelompok Pande (ahli atau tukang) yang membuat Gong.

Lokasi
Desa Tihingan terletak di Kecamatan Banjarangkan, dan dapat dijangkau dengan kendaraan baik itu roda dua maupun dengan roda empat. Kira-kira 3 km arah Barat Kota Semarapura. Jalan menuju Desa Tihingan sudah diaspal.



Deskripsi
Masyarakat desa ini sangat terkenal di Bali karena keahliannya membuat istrumen (gamelan) Gong. Kecuali Gong, masyarakat di desa ini dapat pula membuat berbagai macam gamelan Bali lainnya seperti : Semara Pegulingan, Gender Wayang, Kelentangan/Angklung dan lain-lainnya yang bahannya terbuat dari logam kerawang. Mungkin keahlian membuat gong ini telah diwariskan oleh leluhur mereka yangtelah berabad-abad lamanya terkenal sebagai Pande Gong dari Desa Tihingan. Hal tersebut dapat kita buktikan dengan katutnya nama para pande Tihingan pada barungan-barungan gamelan yang ada di desa-desa. Akan keadaan sekarang jauh lebih maju lagi. Gamelan Bali yang mempunyai ciri khusus dan enak dinikmati telah menyebar keseluruh tanah air, bahkan ke seluruh dunia. Sering dijumpai ada wisatawan asing yang berkunjung ke desa Tihingan hanya karena tertarik dan kemudian memesan seperangkat Gong untuk dibawa ke negerinya.



Kertha Gosa

Sebagai bekas kerajaan, wajar jika Klungkung mempunyai banyak peninggalan yang saat ini menjadi objek wisata. Salah satunya adalah Taman Gili Kerta Gosa, peninggalan budaya kraton Semarapura Klungkung. Kerta Gosa adalah suatu bangunan (bale) yang merupakan bagian dari bangunan komplek kraton Semarapura dan telah dibangun sekitar tahun 1686 oleh peletak dasar kekuasaan dan pemegang tahta pertama kerajaan Klungkung yaitu Ida I Dewa Agung Jambe.
Kerta Gosa terdiri dari dua buah bangunan (bale) yaitu Bale akerta Gosa dan Bale Kambang. Disebut Bale Kambang karena bangunan ini dikelilingi kolam yaitu Taman Gili. Keunikan Kerta Gosa dengan Bale Kambang ini adalah pada permukan plafon atau langit-langit bale ini dihiasi dengan lukisan tradisional gaya Kamasan (sebuah desa di Klungkung) atau gaya wayang yang sangat populer di kalangan masyarakat Bali. Pada awalnya, lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan itu terbuat dari kain dan parba. Baru sejak tahun 1930 diganti dan dibuat di atas eternit lalu direstorasi sesuai dengan gambar aslinya dan masih utuh hingga sekarang. Sebagai peninggalan budaya Kraton Semarapura, Kerta Gosa dan Bale Kambang difungsikan untuk tempat mengadili perkara dan tempat upacara keagamaan terutama yadnya yaitu potong gigi (mepandes) bagai putra-putri raja.
Fungsi dari kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan lewat lukisan-lukisan wayang yang dipaparkan pada langit-langit bangunan. Sebab, lukisan-lukisan tersebut merupakan rangkaian dari suatu cerita yang mengambil tema pokok parwa yaitu Swargarokanaparwa dan Bima Swarga yang memberi petunjuk hukuman karma phala (akibat dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta penitisan kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya. Karenanya tak salah jika dikatakan bahwa secara psikologis, tema-tema lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan mental dan spiritual. Lukisan dibagi menjadi enam deretan yang bertingkat.
Deretan paling bawah menggambarkan tema yang berasal dari ceritera Tantri. Dereta kedua dari bawah menggambarkan tema dari cerita Bimaswarga dalam Swargarakanaparwa. Deretan selanjutnya bertemakan cerita Bagawan Kasyapa. Deretan keempat mengambil tema Palalindon yaitu ciri atau arti dan makna terjadinya gempa bumi secara mitologis. Lanjutan cerita yang diambil dari tema Bimaswarga terlukiskan pada deretan kelima yang letaknya sudah hampir pada kerucut langit-langit bangunan. Di deretan terakhir atau keenam ditempati oleh gambaran tentang kehidupan nirwana. Selain di langit-langit bangunan Kerta Gosa, lukisan wayang juga menghiasi langit-langit bangunan di sebelah barat Kerta Gosa yaitu Bale Kambang. Pada langit-langit Bale Kambang ini lukisan wayang mengambil tema yang berasal dari cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma.
Pengambilan tema yanga berasal dari kakawin ini memberi petunjuk bahwa fungsi bangunan Bale Kambang merupakan tempat diselenggarakannya upacara keagamaan Manusa Yadnya yaitu potong gigi putra-putri raja di Klungkung. Daya tarik dari Kerta Gosa selain lukisan tradisional gaya Kamasan di Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang, peninggalan penting lainnya yang masih berada di sekitarnya dan tak dapat dipisahkan dari segi nilai sejarahnya adalah pemedal agung (pintu gerbang/gapura). Pemedal Agung terletak di sebelah barat Kerta Gosa yang sangat memancarkan nilai peninggalan budaya kraton. Pada Pemedal Agung ini terkandung pula nilai seni arsitektur tradisional Bali. Gapura inilah yang pernah berfungsi sebagi penopang mekanisme kekuasaan pemegang tahta (Dewa Agung) di Klungkung selama lebih dari 200 tahun (1686-1908).
Pada peristiwa perang melawan ekspedisi militer Belanda yang dikenal sebagai peristiwa Puputan Klungkung pada tanggal 28 April 1908, pemegang tahta terakhir Dewa Agung Jambe dan pengikutnya gugur. (Rekaman peristiwa ini kini diabadikan dalam monumen Puputan Klungkung yang terletak di seberang Kerta Gosa). Setelah kekalahan tersebut bangunan inti Kraton Semarapura (jeroan) dihancurkan dan dijadikan tempat pemukiman penduduk. Puing tertinggi yang masih tersisa adalah Kerta Gosa, Bale Kambang dengan Taman Gili-nya dan Gapura Kraton yang ternyata menjadi objek yang sangat menarik baik dari sisi pariwisata maupun kebudayaan terutama kajian historisnya.
Kerta Gosa ternyata juga pernah difungsikan sebagai balai sidang pengadilan yaitu selama berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di Klungkung (1908-1942) dan sejak diangkatnya pejabat pribumi menjadi kepala daerah kerajaan di Klungkung (Ida I Dewa Agung Negara Klungkung) pada tahun 1929. Bahkan, bekas perlengkapan pengadilan berupa kursi dan meja kayu yang memakai ukiran dan cat prade masih ada. Benda-benda itu merupakan bukti-bukti peninggalan lembaga pengadilan adat tradisional seperti yang pernah berlaku di Klungkung dalam periode kolonial (1908-1942) dan periode pendudukan Jepang (1043-1945). Pada tahun 1930, pernah dilakukan restorasi terhadap lukisan wayang yang terdapat di Kerta Gosa dan Bale Kambang oleh para seniman lukis dari Kamasan. Restorasi lukisan terakhir dilakukan pada tahun 1960.


Goa Jepang

Goa Jepang yang terdiri dari 16 lubang, dibuat pada dinding tebing, dipinggir jalan jurusan Denpasar-Semarapura, di atas sungai/Tukad Bubuh. Goa/lubang yang terletak pada ujung Utara dan Selatan merupakan goa yang berdiri sendiri. Sedangkan yang 14 buah lagi, di dalamnya berhubungan satu dengan lainnya, yang dihubungkan oleh sebuah gang/lorong. Yang menarik dari goa Jepang ini adalah bahwa letaknya sangat strategis merupakan goa kenangan dari jaman penjajahan Jepang, dan didepannya dapat disaksikan pemandangan menarik dengan gemerciknya aliran sungai Bubuh.


Lokasi
Goa Jepang dapat dijangkau dengan mudah karena letaknya dipinggir jalan pada jurusan Denpasar-Semarapura, tepatnya di Banjar Koripan, Desa Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan.



Kunjungan
Karena letaknya sangat strategis yaitu dipinggir jalan yang lalulintasnya ramai, maka goa ini sering mendapat kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.



Deskripsi
Goa yang terdiri atas 16 buah lubang dengan kedalaman 4 meter, dua diantaranya tidak berhubungan satu dengan yang lainnya, yaitu satu buah terletak di ujung selatan dan satu lagi diujung sebelah utara, sedangkan yang lainnya berhubung-hubungan dan dihubungkan oleh sebuah gang memanjang arah Utara Selatan. Goa ini dibangun oleh balatentara Jepang daslam usahanya memperrtahankan diri dari serangan tentara sekutu pada masa pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tahun 1941. Goa semacam ini, tetapi hanya terdiri atas sebuah lubang yang besar juga terdapat di Desa Suana Kecamatan Nusa Penida yangdimaksudkan untuk tempat pengintaian lalu lintas laut di Selat lombok.



Desa Wisata Kamasan

Kamasan adalah sebuah komunitas seniman lukisan tradisional. Begitu intim dan begitu lama berkembangnya seni lukis tradisional maka para seniman menyebut hasil-hasil lukisan di sana memiliki gaya (style) tersendiri yaitu lukisan tradisional Kamasan. Sesungguhnya bakat seni tumbuh pula pada karya-karya seni lainnya yaitu berupa seni ukir emas dan perak dan yang terakhir ialah seni ukir peluru. Meskipun dari segi material yang digunakan kain warna logam mengikuti perubahan yang terjadi tetapi ciri khasnya tetap tampak dalam tema lukisan atau ukiran yaitu menggambarkan tokoh-tokoh wayang.
Tokoh-tokoh wayang yang menjadi tema lukisan atau ukiran mengacu pada cerita epos Mahabharata atau Ramayana, begitu juga cerita kekawin Arjuna Wiwaha, Suthasoma. Oleh karena itu, lukisan atau ukiran gaya Kamasan atau Wayang Kamasan dapat dikatakan agak tua umurnya dari konteks sejarahnya yang hingga sekarang masih nampak utuh. Menurut kesan para kolektor Internasional, lukisan gaya Kamasan dianggap masih sangat halus dan canggih, bersih, tidak ribut dengan detil yang tidak penting dan sangat jelas pesan ceritanya. Lukisan atau ukiran tradisional yang berintikan wayang itulah yang membawa daya tarik tersendiri bagi seniman atau wisatawan yang berkunjung ke desa Kamasan.


Lokasi
Kamasan sebagai pusat berkembangnya lukisan dan ukiran tradisional adalah nama sebuah desa di Kecamatan dan Kabupaten Klungkung. Desa Kamasan secara geografis termasuk desa dataran rendah pantai Klotok atau pantai Jumpai ± 3 km. Jarak dari Denpasar ke desa ini ialah 43 km, dapat dicapai dengan kendaraan bermotor, seluruh jalan menuju obyek yaitu pusat-pusat lukisan atau kerajinan ukiran sudah diaspal.
Bisa ditempuh melalui tiga jalur yaitu : (1) Jalur Barat dari tengah-tengah kota kabupaten ke arah selatan sepanjang 1,5 km berbelok ke kiri langsung sampai banjar Sangging, tempat kediaman pelukis tradisional wayang yang ternama yaitu Nyoman Mandra. Ke selatan sedikit lagi sampai ke banjar Pande Mas, pusat ukiran emas, perak; (2) Jalur utara dari kota kabupaten Klungkung agak di bagian timur ke arah selatan melalui belokan-belokan jalan sampai di banjar Siku, juga tempat kediaman pelukis tradisional yang bernama Mangku Mura; (3) Jalur selatan dari tengah-tengah kota Kabupaten Klungkung ke arah selatan sepanjang 3 km melalui desa-desa Tojan dan Gelgel sampai ke banjar Pande, pusat kerajinan ukiran tradisional bahan peluru.
Sepanjang jalan yang dilalui di banjar-banjar atau desa-desa, Tojan dan Gelgel tetangganya masih terdengar dentangan palu para pengrajin ukir perak dan peluru atau juga suara tenunan Cagcag yang menghasilkan kain songket. Dapat disebut obyek-obyek disekitarnya ialah Kertha Gosa di kota Klungkung, Pura Batu Klotok dan Pura Dasar di Gelgel yang memiliki riwayat sisa-sisa kebesaran kerajaan Gelgel abad ke-15 dan ke-16 di Bali.



Fasilitas
Ada sebuah ruang pameran atau penjualan produk lukisan atau ukiran, tempatnya di sebelah barat banjar Sangging, sekitar 50 meter. Sebuah sanggar latihan melukis didirikan oleh Nyoman Mandra di rumahnya sendiri. Apabila tamu-tamu berkunjung ke Kamasan maka lebih banyak dapat menikmati langsung bengkel-bengkel kerja para seniman lukis atau ukir dirumahnya masing-masing. Jalan yang dilalui seluruhnya beraspal bisa ditempuh kendaraan bermotor (mobil, sepeda motor) atau tersedia pula angkutan tradisional dokar.


Kunjungan
Kamasan sebagai pusat produk lukisan atau ukiran tradisional banyak mendapat kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Waktu kunjungan mereka ialah pada siang hari. Para wisatawan yang berkunjung ke Kamasan menggunakan peralatan sepeda motor, mobil, taxi atau dokar.


Deskripsi
Kamasan atau "Ka-emas-an" adalah nama yang cukup tua untuk komunitas orang-orang yang mempunyai pekerjaan dalam bidang memadai yaitu Pande Mas sesuai dengan nama salah satu banjar di desa Kamasan. Bukit arkeologis yang ditemukan berupa tahta-tahta batu, arca menhir, lesung batu, palungan batu, monolit yang berbentuk silinder, batu dakon, lorong-lorong jalan yang dilapisi batu kali yang pernah ditemukan pada tahun 1976 dan 1977, yang tersebar di desa-desa Kamasan, Gelgel dan Tojan, memberi petunjuk bahwa komunitas cukup tua umurnya.Dari temuan arkeologis itu juga memberi petunjuk bahwa tradisi megalitik pernah mewarnai kehidupan komunitas di Kamasan dan sekitarnya, yaitu kehidupan komunitas pra Hindu yang berakar pada masa neolitikum (+ 2000 tahun SM). Tradisi Megalitik telah diserap oleh para undagi dan ke-pande-an pada periode kemudian. Para Pande semakin dikenal dan difungsikan oleh Raja (Ida Dalem) sejak kerajaan berpusat di Gelgel (1380-1651).Produk seni ukir pada logam emas atau perak yang berbentuk pinggan (bokor, dulang dll) telah dijadikan perlengkapan barang-barang perhiasan Keraton Suweca Linggaarsa Pura Gelgel. Selain seni ukir, berkembang pula seni lukis wayang untuk hiasan di atas kain berupa bendera (kober , umbul-umbul, lelontek), kain hiasan (ider-ider dan parba) yang menjadi pelengkap dekorasi di tempat-tempat suci (pura) atau bangunan di komplek Kraton.Sejak pemegang tahta II berkuasa yaitu Dalem Waturenggong (1460-1550) kerajaan Gelgel mencapai puncak kemasyuran, maka keemasan Kamasan merupakan desa pengrajin. Banjar-banjar yang ada terutama Sangging dan Pande Mas dapat dikatakan banjar Gilda, kelompok kerja, pengrajin yang terdiri dari rumah-rumah serta bengkel-bengkel dimana para warganya tinggal, bekerja dan mengabdi kepada sang Raja hingga pada akhir hayat mereka.Raja dipandang sebagai dewa raja yang bertugas menjaga agar jagad (alam semesta dan isinya) senantiasa ada dalam keadaan seimbang dan selaras. Oleh karena seni dipandang sebagai unsur penting dalam menjaga keselarasan itu lewat karya seni sakral maka menjadi tugas penguasa untuk melindungi serta memelihara kesenian.Pada waktu pusat kekuasaan dipindahkan dari Gelgel ke Klungkung, oleh Dewa Agung Jambe tahun 1686, keturunan langsung dari Dinasti Kresna Kepakisan di Gelgel, kedudukan desa Kamasan yang berintikan Sangging dan Pande Mas sebagai banjar Gilda pengrajin tempat para seniman lukisan dan ukiran tetap dipertahankan.Akan tetapi sekarang sesudah Klungkung berubah menjadi ibukota kabupaten Propinsi Bali dan para keturunan Raja serta bangsawannya menjadi pejabat dan pegawai RI, banjar Sangging dan Banjar Pande Mas bukan lagi banjar Gilda dari sang Raja. Meskipun demikian, para seniman dan pengrajin Sangging, pande mas dan Banjar-banjar lainnya : Siku, Geria, Kacangdawa, Peken Pande dan Tabanan masih terus menghasilkan lukisan atau ukiran gaya Kamasan atau gaya wayang.Perluasan produk pengrajin telah beragam, tidak hanya terbatas pada ukiran emas dan perak tetapi muncul pula seni ukir yang berbahan tembaga atau kuningan dan peluru. Produk kesenian mereka berupa lukisan atau ukirannya banyak dipesan oleh wisatawan mancanegara atau nusantara. Begitu juga, sejalan dengan meningkatnya turisme, toko-toko souvenir dan seni di Klungkung, atau pasar seni Gianyar dan Denpasar serta hotel-hotel juga menjadi pelanggan yang tetap dari produk kesenian gaya wayang di Kamasan.



Pantai Kusamba

Pantai Kusamba merupakan obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi, terletak sekitar 7 km ke arah timur dari kota Semarapura. Disamping itu, pantai ini merupakan pantai nelayan dan juga tempat pembuatan garam secara tradisional. Kita dapat menyaksikan setiap hari para nelayan yang sedang melaut mencari ikan maupun petani garam yang sedang membuat garam di pinggir pantai.


Sampan nelayan berderet di pinggir pantai di bawah pohon nyiur, begitu pula pondok-pondok pembuatan garam berjejer di sepanjang pantai, menimbulkan pemandangan yang benar-benar menarik bagi mereka yang berkunjung ke pantai tersebut. Bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke Bali, obyek wisata ini sangat ideal untuk dipilih sebagai salah satu tujuan wisata.


Kawasan Nusa Penida

Nusa Penida merupakan salah satu wilayah kecamatan dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung. Kecamatan Nusa Penida terdiri dari tiga pulau yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan.
Di kawasan Nusa Penida terdapat beberapa obyek wisata dan tempat rekreasi . Rekreasi wisata tirta yang sangat menarik untuk dinikmati adalah wisata bahari dengan terumbu karangnya yang indah dengan jenis ikan yang beraneka ragam .


Suana

Disamping pantainya yang berpasir putih dengan perbukitan yang indah, di Desa Suana juga terdapat goa yang bernama Goa Giri Putri . Goa Giri Putri terletak di Dusun Karang Sari Desa Suana + 3 Km arah Timur Sampalan Ibu Kota Kecamatan Nusa Penida.


Pada waktu masuk ke dalam goa agak sulit , tapi seteleh merangkak + 3 m telah sampai pada ruang goa yang sangat luas. Di dala goa terdapat stalagnit dan stalagtit juga terdapat mata air yang dikeramatkan oleh penduduk Di dalam goa ini juga terdapat pura. Goa Giri Putri ini tembus sampai ke Barat dan disini terdapat mulut goa yang cukup lebar.


Karang Bolong


Obyek ini dapat disaksikan dari Penida Desa Sakti. Selain dapat menyaksikan pemandangan Karang Bolong juga pantai Penida yang berpasir putih dengan karang lautnya yang indah. Di tempat inilah terdapat mata air yang telah dikelola untuk kebutuhan penduduk.


Lembongan 

Pantai Lembongan yang berpasir Putih dengan karang lautnya yang indah juga terdapat berjenis-jenis ikan yang hidup di dalamnya. Merupakan panorama pemandangan bawah laut yang indah. Lembongan juga menjadi pilihan bagi beberapa perusahaan cruise sebagai destinasi untuk melakukan berbagai jenis watersport seperti snorkeling dan banana boat.

Masyarakat Lembongan sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani rumput laut yang bias digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik. Di daerah ini juga terdapat rumah bawah tanah yang bernama Rumah Gala – Gala (Gala-Gala House). Rumah ini berbentuk goa lengkap dengan tempat tidur yang terbuat dari batu dan disertai fentilasi. Hebatnya rumah ini dibangun hanya seoarang diri oleh penduduk lokal dengan peralatan sederhana (tanpa mesin).


Pantai Atuh


Pantai Atuh terletak disebuah teluk yang indah dengan alam berpasir putih disebelah kirinya dengan menjorok kelaut terdapat Tanjung Juntil dan disebelah kanan ( Selatan ) menjorok Labuan Ampuak berlanjut ketimurnya lagi terletak Gili Batu Melawang, Gili Batu Padasan, Gili Batu Abah dan Gili Batu Metegen.Diujung Timur Tanjung Juntil dan juga diujung Timur Gili Padasan terdapat tempat memancing yang sangat idial karena didepan kedua tanjung tersebut dilewati oleh arus bolak-balik dari Utara ke Selatan (dan sebaliknya) yang diikuti oleh rombongan/ Kawanan ikan bersklala ikan besar dan kecil, terutama setelah dan sebelum Purnama dan beberapa hari sebelum dan sesudah Tilem atau bulan mati, hari-hari tersebut merupakan surganya bagi pemancing mania.Disebelah Selatan Labuhan Ampuak terdapat Goa Alam, sarang Burung Walet, komoditi yang sangat langka dan sangat mahal harganya. Didaratan Lembah Atuh keadaan tanahnya sangat subur, disini juga terdapat sebuah Pura Atuh, sebuah Pura Segara, khusus pemujaan terhadap Dewa Baruna ( Pura Segara ) yang piodalannya dilakukan setiap sasih Kedasa (Bulan Kesepuluh) penanggalan bali (Isaka) dimana masyarakat datang dari penjuru Desa dan Banjar Bendem, Desa Tanglad dan lain-lainnya.Upacara piodalan dilakukan sehari penuh dengan dipersembahkan berbagai tarian diantaranya tarian baris Jangkang pelillit sebuah tarian masal yang sangat sakral, tarian yang menggambarkan para prajurit kerajaan yang siap menghadapi musuh yang datang menyerang, dan sangat langka yang ada di banjar Pelilit. Agak kedalam terdapat dua sumur suci yang airnya sangat bening dan murni, air tawar tersebut mungkin kualitasnya terbaik diseluruh kawasan Nusa Penida.Akses menuju Pantai Atuh dapat dicapai melalui dua arah yaitu dari banjar Pelilit (20 Km dari pelabuhan boot buyuk) dan dilanjutkan dengan jalan tanah kurang lebih 2 Km dan yang satunya dari Banjar Kelodan ( 17 Km dari Buyuk ) dilanjutkan dengan kurang lebih 5 Km jalan tanah.


Labuhan Ampuak

Kawasan Labuan Ampuak terletak di wilayah Banjar pelilit Pantai Atuh dan Calung, ketinggiannya kurang lebih 100 M diatas permukaan laut.Konsep keindahan alam yang hampir sempurna yang kita kenal dengan kawasan " Nyegara Gunung " dimana kawasan tersebut dikelilingi oleh bukit -bukit misalnya Bukit Tunjuk Pusuh, Bukit Nyahi, Bukit Juntil dan lain-lain, serta dikawasan pantainya yang disebut Pantai Titibehu terbentang luas Selat Lombok yang samar-samar terlihat.


Kawasan bangko-bangko tempat yang sangat idial untuk tempat Surfing di Kawasan Lombok Selatan dan pada lepas pantainya terlihat jelas Gili-gili ( pulau-pulau karang ) sebagai penghias pemandangan yang sangat indah seperti Gili Padasan, Gili Batu Abah Gili Batu Mategen, Gili Batu Lumbung, Gili Batu Pawon, Gili Batu Sanggah dan Gili Batu Tumpeng Tanpa berlebihan kiranya kawasan ini termasuk salah satu kawasan wisata yang terindah di seluruh Nusa Penida dan mungkin juga diseluruh kawasan Pulau Bali.


Teluk Sebila


Teluk sebila yang berpasir putih, adalah sebuah teluk yang indah dan alami, sangat sunyi, seolah olah kita berada pada kawasan yang tidak berpenghuni, terletak diantara Tanjung Juntil dan Pah Gede (sangat idisl untuk tempat memancing ikan )Teluk Sebila yang mempunyai kedalaman yang sangat idial dan aman untuk pendaratan dan berlabuhnya kapal-kapal ukuran kecil seperti boot, sampan dan perahu kecil lainnya.

Akses menuju Teluk Sebila dapat dicapai lewat lautan yaitu langsung ke Teluk Sebila dapat dicapai dari daratan yaitu pelabuhan Buyuk menuju Banjar Kelodan selanjutnya menuju jalan tanah langsung ke Teluk Sebila, dan juga dapat dicapai lewat lautan yaitu langsung ke Teluk Sebila, karena teluk tersebut sangat alami untuk pelabuhan/ pendaratan perahu-perahu kecil. Di kawasan Teluk Sebila juga terdapat sebuah sumur dangkal, namun kualitas sumurnya tidak sebaik Teluk Atuh.





Museum Gunarsa


Museum ini terletak di jalur yang cukup strategis tepatnya di Pertigaan Banda Desa Takmung 3 Km arah Barat Kota Semarapura. Bangunan Museum dengan perpaduan arsitek Bali Modern. Di Museum ini dipajangkan berbagai lukisan klasik Bali baik dari peninggalan zaman dahulu maupun yang baru hasil karya dari pemiliknya I Nyoman Gunarsa.


Desa Budaga

Desa Budaga yang terletak dilingkungan kota Semarapura tepatnya di Kelurahan Semarapura Kauh. Di Desa ini terdapat pengerajin yang cukup terampil. Hasil kerajinannya berupa barang-barng untuk kebutuhan upacara keagamaan. Juga kerajinan lainnya untuk suvenir berupa Bola mimpi yang merupakan hasil karya dari I Nengah Patra satu-satunya pengerajin di Desa Budaga.





By : Agus Heriyanta Adikayana
Dari berbagai sumber

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kabupaten Buleleng


Kabupaten Buleleng terletak di bagian paling utara Pulau Bali yang mempunyai wilayah terluas diantara 9 kabupaten dan kota di Bali/ yaitu hampir 1/3 luas Pulau Bali (± 1365,88 hektar) dengan batas / sebelah barat Kabupaten Negara; sebelah selatan Kabupaten Tabanan, Badung, dan Bangli; sebelah timur Kabupaten Karangasem dan sebelah utara Laut Jawa dan Bali.
Seperti halnya dengan Bali pada umumnya, Buleleng beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1365 mm pertahun, musim hujan berkisar antara bulan Oktober s/d April sedangkan kemarau antara bulan April s/d Oktober.
Aneka ragam tempat wisata di Bali dapat anda kunjungi selama acara tour di Bali anda. Simak tempat wisata di Buleleng Bali yang dapat anda kunjungi selama tour di Bali sebagai berikut:

Air Terjun Les

Air Terjun Les ini terletak di Desa Les Kecamatan Tejakula,± 38 km timur dari Kota Singaraja. Air Terjun ini mencapai tinggi kurang lebih 30 meter yang dikelilingi oleh pemandangan alam yang masih alami dengan latar belakang perbukitan. Disamping air terjun, desa ini juga mempunyai potensi yang tidak kalah menariknya seperti pantai Desa Les yang terletak di sebelah utara tidak jauh dari air terjun ini yang memiliki keindahan pemandangan bawah laut.

Air Sanih

Obyek wisata tirta ini merupakan kolam renang alami. Terletak di Desa Sanih Kecamatan Kubutambahan ± 17 km sebelah timur kota Singaraja. Air Sanih terkenal dengan sumber mata air yang muncul tanpa henti di pojok tenggara kolam renang ini. Mata air ini merupakan aliran sungai dalam tanah yang berasal dari Danau Batur.
Ada dua kolam ditempat ini, satu untuk orang dewasa dan satu untuk anak-anak. Beberapa meter di sebelah utaranya dikelilingi oleh laut yang relatif aman untuk berenang dan aktifitas olah raga air lainnya atau hanya sekedar berbaring bermalas-malasan di atas pasir pantai yang hitam. Disekitar obyek ini telah tersedia beberapa penginapan kecil dan restoran dan areal parker sebagai sarana pendukungnya.

Desa Julah

Merupakan desa tua yang masih banyak menyimpan peninggaln megalitik. Terletak di Kecamatan Tejakula ± 29 km sebelah timur Kota Singaraja. Desa ini dipercaya sebagai desa kuno di Bali . Dari tatanan desanya, desa ini menyerupai desa-desa kuna lainnya di bali seperti Desa Tenganan di Kabupaten Karangasem. Desa yang terkenal dengan Baris sakralnya ini masih memiliki bangunan ruamh tradisional serta Pura Desa yang dipercaya sebagai pura tertua di Bali , dan juga memiliki kerjinan tenun dengan ciri khas tersendiri.

Desa Sembiran

Desa Sembiran merupakan perkampungan tertua abad megalithic terletak di daerah perbukitan di Kecamatan Tejakula ± 30 km timur kota Singaraja. Begitu memasuki bagian depan desa ini, seluruh rumah yang tersusun, dilihat dengan sangat mempesona. Meski kemajuan teknologi sudah merambat sis kehidupan desa ini, namun sisi kehidupan upacaranya masih kelihatan di desa ini. Berbagai arkeolog dunia sudah menyempatkan diri untuk mengunjungi desa ini.

Pura Beji

Lingkunagan pura ini berlokasi di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan lebih kurang 8 km di sebelah timur Kota Singaraja dan masuk sekitar 500 meter ke jalan menuju pantai. Lokasi ini mudah dicapai dengan kendaraan roda empat. Pura yang dimiliki oleh karma/anggota subak desa ini berada di tengah-tengah wilayah pertanian Desa Sangsit. Daya tarik dari pura ini adalah hampir semua bagian dari pura ini dihiasi oleh ukiran style Buleleng berbentuk tumbuh-tumbuhan merambat dan motif bunga ciri khas Bali Utara tidak ada bagian yang kosong tanpa ukiran. Pura Meduwe Karang
Terletak di Desa Kubutambahanm, Kecamatan Kubutambahan ± 12 km sebelah timur Kota Singaraja, kurang lebih 1 km dari pertigaan Singaraja, Kubutambahan dan Kintamani. Pura ini tempat memohon agar tanaman di tegalan bias berhasil dan baik. Gugusan tangga mengantarkan pengunjung ke suatu areal luar pura (Jabaan) yang luas yang di bagian depannya dihiasi patung-patung batu padas, 34 jumlahnya, yang diambil dari tokoh-tokoh dan adegan-adegan ceritera Ramayana. Yang unik, pada bagian bawah dinding disebelah utara terdapat ukiran relief orang naik sepeda yang roda belakangnya terbuat dari daun bunga teratai.

Upacara Bukakak

Upacara Bukakak terdapat di Desa Adat Sangsit Dangin Yeh, Desa Sangsit Kecamatan Sawan ± 8 km timur Kota Singaraja. Upacara ini sangat unik karena hanya terdapat di Desa Sangsit yang dilakukan setiap 2 tahun sekali dan diselingi dengan upacara ngusaba setiap tahunnya. Upacara ini berkaitan dengan “Upacara Ngusaba”, upacara yang bertujuan untuk mendoakan agar para petani diberikan panen yang baik. Dalam upacara ini, dibuat “Babi Guling” (seekor babi muda yang dipanggang) yang pada waktu memanggangnya hanya sebagian babi tersebut dipanggang matang. Babi guling ini kemudian oleh anggota subak diarak dalam suatu prosesi diiringi gemelan Tik Nong, menjelajahi areal persawahan untuk memohon berkah.

Pura Dalem Jagaraga

Pura Dalem Jagaraga terletak di Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan 11 km sebelah timur Kota Singaraja, dipinggir jalan jurusan Singaraja-Sawan. Desa ini terkenal dengan “Puputan Jagaraga” perang melawan Belanda pada tahun 1848 dibawah komando I Gusti Ketut Jelantik. Lingkungan Pura Dalem ini memiliki keunikan tersendiri yaitu relief mobil kuno yang dikendarai oleh orang yang bersenjata, relief pesawat jatuh, relief orang Belanda minum bir dan lain-lain. Juga patung “Men Brayut” cerita Rakyat Bali tentang seorang ibu dengan anak banyak yang masih kecil bergayutan minta digentong semua. Pura ini tak bisa ditemukan di lain tempat di Bali .

Rice Terrace Busungbiu

Hampar persawahan (rice terrace) ini terdapat di penghujung selatan Desa Busungbiu -+ 39 km sebelah selatan kota singaraja, di pinggir jalan utama Singaraja – Denpasar via pupuan. Hamparan persawahan ini terlihat sangat menakjubkan yang dilatar belakangi oleh perbukitan hijau dan ditengah – tengah persawahan terlihat untaian sungai yang berkilauan dengan airnya yang mengalir sepanjang tahun.
Aktifitas petani di sekitar persawahan membawa para pengunjung pada suasana pedesaan yang alami. Dari areal parkir yang terletak dipinggir jalan ini juga disediakan panggung yang terbuat dari kayu sehingga para pengunjung dapat menikmati hamparan persawahan dengan leluasa.

Desa Pemuteran

Pemuteran terletak dipesisir barat dari pulau Bali ± 55 km arah barat kota Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk. Letaknya yang berada diantara gugusan perbukitan dan laut menjadikan tempat ini menjadi sangat eksotis. Pantai Pemuteran merupakan obyek wisata yang sangat cocok bagi wisatawan yangsuka tempat sepi dan jauh dari kebisingan.
Karang laut yang dipelihara secara profesional dan proyek penangkaran penyu juga ada di desa ini. Meskipun telah dikembangkan sebagai obyek wisata, pantai ini masih menunjukkan keasliannya. Masyarakat pantai masih mempergunakan peralatan tradisional seperti perahu dan jaring untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari. Di desa ini juga terdapat Pura Pemuteran yang terkrenal dengan sumber air panasnya. Berbagai fasilitas wisata sudah tersedia di tempat ini, dari hotel melati sampai hotel bintang lima , restoran serta dive center dengan mudah dapat ditemui disini.

Pura Pulaki

Terletak di Desa Banyupoh,Kecamatan Gerokgak ± 53 km sebelah barat dari Kota Singaraja. Pura ini termasuk salah satu Pura Dang Khayangan (Penyungsung Jagat Bali) yang ada di Bali (seperti halnya Pura Besakih di Kabupaten Karangasem, Pura Uluwatu di Kabupaten Badung dan lainnya), yaitu suatu pura yang merupakan tanggung jawab langsung oleh pemeluk Agama Hindu di Kabupaten, dalam hal ini Kabupaten Buleleng.
Pura ini mempunyai pesanakan (keluarga) pura yang letaknya berdekatan seperti pura Pemuteran, Pura Melanting, Pura Kerta Kawat dan Pura Pabean. Masing – masing Pura ini difungsikan untuk keperluan tertentu dalam kehidupan berspiritual di Bali . Ratusan kera – kera hidup di sekitar wilayah Pura ini.

Makam Jaya Prana

Kuburan Jaya Prana dan Layon Sari ini terletak di kawasan hutan belukar Teluk Terima, Desa Sumber Klampok, Kecamatan Gerokgak, ± 67 km sebelah barat Kota Singaraja.
Kuburan ini merupakan bangunan kisah romantis seperti cerita Romeo dan Juliet di Eropa atau Sampek Engthai di Cina. Jaya Prana dan Layon Sari adalah merupakan pasangan suami isteri yang sangat ideal pada masa Kerajaan Wanekeling Kalianget tempo dulu. Karena kecantikannya sang raja jatuh cinta pada Layon Sari dan dengan tipu muslihatnya dapat membunuh Jaya Prana. Sedangkan Layon Sari yang tidak mau diperistri oleh raja memilih bunuh diri untuk menyusul suami tercintanya. Setiap Bulan Purnama dan Bulan Mati (Tilem) dan hari – hari suci lainnya seperti Galungan, Kuningan, dan lain – lain banyak umat melayat datang ke kuburan ini.

Pulau Menjangan

Pulau Menjangan adalah Pulau Karang yang terletak di ujung barat laut Pulau Bali. Pulau ini mudah dijangkau lewat Labuhan Lalang di Desa Sumber Klampok Kecamatan Grokgak ± 55 km sebelah selatan Kota Singaraja. Pulau Menjangan merupakan salah satu tempaat menyelam terbaik di Dunia. Disini keindahan dan misteri pemandangan bawah laut dapat ditemukan. Kecantikan taman lautnya telah mampu menarik perhatian para penyelam tingkat dunia. Pulau ini adalah bagian dari TNBB. (Taman Nasional Bali Barat) dan semua kehidupan di pulau ini dilindungi. Tidak diperkenankan memancing, mencari karang atau berburu binatang disini.

Pelabuhan Buleleng

Terletak disebelah pesisir utara Kota Singaraja. Dijaman dulu ketika Singaraja sebagai ibu kota dari Nusa Tenggara adalah merupakan pusat pelayaran yang penting. Keputusan memindahkan Ibu Kota Propinsi Bali dari Bali Utara ke Bali Selatan adalah berdasarkan dibaginya Nusa Tenggara menjadi 3 propinsi, membuat Pelabuhan Buleleng menjadi kurang berfungsi. Kemerosotan pelabuhan buleleng mencapai puncaknya ketika pembangunan Pelabuhan Celukan Bawang ± 40 km arah Barat Singaraja.
Namun sejak Tahun 2005 bekas Pelabuhan Buleleng ini telah ditata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng dengan penataan taman serta bekas dermaga kayu yang sudah usang diperbaharui dilengkapi dengan sarana restauran terapung.

Pantai Lovina

Kawasan Wisata Lovina merupakan kawasan wisata dengan pusat kawasannya terletak di Desa Kalibukbuk 10 km sebelah barat Kota Singaraja. Daya tarik utamanya adalah pantai dengan air laut yang tenang, pasir berwarna kehitam-hitaman, karang laut dengan ikan-ikan tropisnya. Karena sifat lautnya yang tenang, lovina ini sangat cocok untuk rekreasi air seperti menyelam, snorkling, berenang, memancing, berlayar, mendayung atau hanya sekedar berendam di air laut. Disamping daya tarik tersebut, dapat dicatat di sini, adalah adanya ikan lumba-lumba dalam habitat aslinya. Ikan lumba-lumba ini yang jumlahnya ratusan / dapat dilihat di pagi hari, kurang lebih 1 km lepas pantai, dengan menggunakan jasa nelayan tradisional.

Air Terjun Gitgit

Air Terjun ini terletak di Desa Gitgit Kecamatan Sukasada. Dari Kota Singaraja berjarak 11 km ke arah selatan menuju Desa Pancasari dan Bedugul. Air terjun yang berketinggian ± 35 meter ini sangat asri dan memiliki panorama yang indah dan berada di lingkungan yang berhawa sejuk.
Turun dengan jalan kaki setelah melewati tempat Parkir Gitgit, beberapa pemuda lokal yang diorganisir oleh desa adat setempat menawarkan jasa mengantar para wisatawan menuju wisata air terjun yang indah ini. Disamping suara deburan air terjun dan kicauan burung, hamparan sawah, perkebunan cengkeh dan kopi / begitu pula tumbuhan bambu sepanjang jalan menuju air terjun menyuguhkan suasana damai dan alami.

Rice Terrace Ambengan

Ambengan, sebuah desa yang posisinya di atas bukit hijau di Kecamatan Sukasada yang jaraknya sekitar 6 km sebelah selatan kota Singaraja. Karena letaknya di daerah perbukitan serta mayoritas penduduknya bertani, desa ini dihiasi oleh hamparan sawah yang sangat indah. Disamping potensi terraseringnya, Ambengan juga memiliki lebih dari empat air terjun dan beberapa buah kolam alami yang cukup lebar serta sangat eksotis yang sering disebut sebagai sebuah taman yang tersembunyi, dimana para wisatawan bisa berenang sambil menikmati hawa sejuk.

Danau Buyan dan Danau Tamblingan

Danau Buyan dan Danau Tamblingan sering dianggap sebagai danau kembar karena letaknya yang berdekatan. Dari segi wilayah, Danau Buyan terletak di Desa Pancasari Kecamatan Sukasada dan Danau Tamblingan terletak di Desa Munduk Kecamatan Banjar. Kedua danau ini dapat di tempuh dari Kota Singaraja sejauh ± 24 km melalui Desa Gitgit dan ± 42 km lewat Kota Seririt ke selatan menuju Desa Munduk. Keaslian alam dikedua danau ini masih sangat dirasakan misalnya dengan tidak adanya penggunaan perahu bermotor dikedua danau ini.

Air Panas Banjar

Terletak di Desa Banjar, Kecamatan Banjar ± 19 km sebelah barat dari Kota Singaraja dan ± 1 km sebelah barat Wihara Budha. Air Panas Banjar dikenal sebagai sebutan Hot Spring sudah tidak asing lagi bagi para praktisi pariwisata. Berbagai tamu dari mancanegara telah mengunjungi wisata alam ini. Air panas yang muncul dari perbukitan setempat dibuat bertingkat, ditingkat pertama terdiri dari beberapa pancoran dimana wisatawan dapta mandi air panas. Kolam kecil juga tersedia pada tingkatan ini. Pada tingkatan kedua kolam dibuat lebih besar.

Air Terjun Melanting

Air terjun yang setinggi kurang lebih 15 meter ini berada ditengah-tengah hutan kopi dan cengkeh di penghujung timur Desa Munduk Kecamatan Banjar ± 42 km sebelah selatan dari Kota Singaraja. Deburan air dan suara burung kecil dan belalang ditambah dengan suasana yang terpencil memberikan kesan alami bagi pengunjung yang datang. Disamping Potensi air terjun dan Danau Tamblingan Desa Munduk juga kaya akan potensi lainnya seperti perkebunan kopi dan cengkehnya serta tanaman buah-buahan seperti jeruk dan perkebunan bunagn, hamparan sawah (Rice Terrace) yang eksotis sangat digemari oleh wisatawan untuk trekking.




Sumber : http://www.paketwisatakebali.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS