Ngurah Rai
International Airport
-Sejarah-
Berawal dari Tuban
Bandar
Udara Ngurah Rai dibangun tahun 1930 oleh Departement Voor Verkeer en
Waterstaats (semacam Departemen Pekerjaan Umum). Landas pacu berupa
airstrip sepanjang 700 M dari rumput di tengah ladang dan pekuburan di desa
Tuban. Karena lokasinya berada di Desa Tuban, masyarakat sekitar menamakan
airstrip ini sebagai Pelabuhan udara Tuban. Tahun 1935 sudah dilengkapi dengan
peralatan telegraph dan KNILM (Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaar
Maatschappij) atau Royal Netherlands Indies Airways mendarat secara rutin
di South Bali, yang merupakan nama lain dari Pelabuhan Udara
Tuban.
Pelabuhan Udara Tuban
Tahun 1942 Airstip South Bali dibom oleh Tentara Jepang, yang kemudian
dikuasai untuk tempat mendaratkan pesawat tempur dan pesawat angkut mereka.
Airstrip yang rusak akibat pengeboman diperbaiki oleh Tentara Jepang dengan
menggunakan Pear Still Plate (sistem plat baja).
Lima tahun berikutnya 1942-1947,
airstrip mengalami perubahan. Panjang landas pacu menjadi 1200 meter dari
semula 700 meter. Tahun 1949 dibangun gedung terminal dan menara pengawas
penerbangan sederhana yang terbuat dari kayu. Komunikasi penerbangan
menggunakan transceiver kode morse.
Pelabuhan Udara Internasional
Tuban
Untuk
meningkatkan kepariwisataan Bali, Pemerintah Indonesia kembali membangun gedung
terminal internasional dan perpanjangan landas pacu kea rah barat yang semula
1200 meter menjadi 2700 meter dengan overrun 2 x 100 meter.
Proyek yang berlangsung dari tahun 1963-1969 diberi nama Proyek Airport Tuban
dan sekaligus sebagai persiapan internasionalisasi Pelabuhan Udara Tuban.
Proses reklamasi pantai sejauh 1500
meter dilakukan dengan mengambil material batu kapur yang berasal dari Ungasan
dan batu kali serta pasir dari Sungai Antosari – Tabanan.
Seiring selesainya temporary
terminal dan runway pada Proyek Airport Tuban, pemerintah meresmikan pelayanan
penerbangan internasional di Pelabuhan Udara Tuban, tanggal 10 Agustus 1966.
Pelabuhan Udara Internasional Ngurah
Rai
Penyelesaian Pengembangan Pelabuhan Udara Tuban ditandai dengan peresmian
oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Agustus 1969, yang sekaligus menjadi
momen perubahan nama dari Pelabuhan Udara Tuban menjadi Pelabuhan Udara
Internasional Ngurah RAI (Bali International Airport Ngurah Rai.
Untuk mengantisipasi lonjakan
penumpang dan kargo, maka pada tahun 1975 sampai dengan 1978 Pemerintah
Indonesia kembali membangun fasilitas-fasilitas penerbangan, antara lain dengan
membangun terminal internasional baru. Gedung terminal lama selanjutnya
dialihfungsikan menjadi terminal domestic, sedangkan terminal domestic yang
lama digunakan sebagai gedung cargo, usaha jasa catering dan gedung serba guna.
Pengembangan fasilitas Bandara dan
Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap I
Proyek
FBUKP tahap I (1990 – 1992) meliputi Perluasan Terminal yang dilengkapi
dengan Aviobridge, perpanjangan landas pacu menjadi 3000 meter, relokasi
taxiway, perluasan apron, renovasi dan perluasan gedung terminal, perluasan
pelataran parkir kendaraan, pengembangan gedung kargo, gedung operasi serta
pengembangan fasilitas navigasi udara dan fasilitas catu bahan bakar pesawat
udara.
Pengembangan fasilitas Bandara dan
Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap II
Proyek
FBUKP tahap II (1998-2000), pengembangan bandara dikerjakan oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara, antara lain dengan memanfaatkan hutan bakau
seluas 12 Ha untuk digunakan sebagai fasilitas keselamatan penerbangan.
Pengembangan fasilitas Bandara dan
Keselamatan Penerbangan (FBUKP) Tahap III
Rencana Proyek
FBUKP tahap III meliputi Pengembangan Gedung Terminal, Gedung Parkir, dan
Apron. Luas terminal domestik saat ini hanya akan dikembangkan hingga total
luasnya mencapai 12.000 m yang nantinya akan digunakan sebagai terminal
internasional. Adapun eksisting terminal internasional akan dialihfungsikan
menjadi terminal domestic. Dengan kondisi tersebut, Bandara Ngurah Rai akan
mampu menampung hingga 25 juta penumpang.
By : Anggoro Irianto (
http://anggoroinc.blogspot.com)
0 comment(s):
Post a Comment