Puri
Gede Kerambitan
Sebelum
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah Nusantara memang merupakan
wilayah kerajaan. Yang terdiri dari berbagai kerajaan dari Sabang hingga
Merauke. Tak terkecuali di Pulau Bali, ada banyak kerajaan yang menguasai pulau
yang sekarang dijuluki Pulau Dewata tersebut. Salah satu kerajaan yang terdapat
di Bali yakni Puri Gede Kerambitan.
Secara
geografis Puri Gede Kerambitan terletak di wilayah Desa Kerambitan, Kecamatan
Kerambitan Kabupaten Tabanan. Puri Gede Kerambitan terletak ± 4 km dari kota Kecamatan
Kerambitan, ± 6 km dari Kota Tabanan, ± 40 km dari Denpasar, ± 38 km dari Bandara
Internasional Ngurah Rai, ± 42 km dari Pelabuhan Benoa dan sekitar 3 km dari
akomodasi terdekat yang terdapat di Desa Kelating.
Puri
dalam bahasa Bali berarti kerajaan. Jadi Puri Gede Kerambitan merupakan nama
dari sebuah kerajaan yang berlokasi di daerah Kerambitan. Lokasi Puri tersebut
berada di pinggir jalan yang berseberangan dengan pasar tradisional Kerambitan.
Bila
dilihat dari sisi sejarah, puri ini pada mulanya merupakan hadiah dari Raja
Tabanan. Beliau menganugerahkan sebuah puri namun dengan satu syarat. Puri
tersebut harus dibangun di dearah yang menyemburkan asap. Setelah di cari –
cari, akhirnya terlihatlah asap yang menyembur dari dalam tanah. Di sekeliling
asap tersebut banyak terdapat pohon “Kara” yaitu jenis kacang – kacangan karena
pada saat itu memang musimnya. Hal inilah yang menjadi asal mula dari nama
Kerambitan yang terdiri dari dua kata yaitu Kara dan Embitan. Di mana “Kara”
merupakan nama kacang-kacangan yang tumbuh di sekitar asap tersebut dan
“Embitan” berarti musim. Dari dua kata itulah kemuadian muncul kata Kerambitan
yang menjadi nama dearah tersebut hingga sekarang.
Tanah
yang mengeluarkan asap tersebut kemudian digali hingga terlihat sebuah patung
yang tertanam. Patung tersebut kemudian diberi nama “Jero Dukuh”. Di lokasi
tersebut, kemudian dibangun sebuah pelinngih Padma Sari. Dan di areal tersebut
kemudian di bangun puri yang megah sesuai dengan titah Raja Tabanan pada waktu
itu.
Puri
Gede Kerambitan merupakan tonggak perjuangan rakyat Kerambitan pada zaman
penjajahan. Hal ini terbukti dengan peninggalan berupa bangunan – bangunan yang
memiliki fungsi penting pada zaman tersebut. Areal puri yang luasnya mencapai
3,5 Ha tersebut dibagi menjadi lima areal.
Pintu
masuk utamanya berupa Candi Bentar (Apit Lawang). Setelah memasuki pintu
tersebut, maka akan ada halaman yang berbama Ancak Saji. Areal ini merupakan
bagian terluar dari puri. Pada zaman dahulu areal ini berfungsi sebagai tempat
bertemunya keluarga puri dengan masyarakat. Dewasa ini, areal ini difungsikan
sebagai tempat menyambut tamu yang berkunjung ke puri dan juga sebagai tempat
pementasan kesenian.
Areal
kedua bernama “Cangkem Kodok”. Areal ini berlokasi di sebelah areal “Ancak
Saji”. Pada zaman dahulu areal ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para
prajurit sebelum berangkat ke medan perang. Namun sekarang, areal ini dialih
fungsikan sebagai tempat parkir.
Areal
ketiga diberi nama “Tandeg”. Lokasinya berada di sebelah timur areal “Ancak
Saji”, dan dipisahkan oleh Kori Agung (Pintu Masuk Kerajaan). Jadi areal
“Tandeg” ini sudah lebih di dalam dari pada “Ancak Saji”. Areal ini berfungsi
sebagai tempat beristirahat para prajurit yang baru tiba dari medan
pertempuran.
Kori Agung
Areal
keempat bernama “Tandaan”. Berlokasi di sebelah utara areal “Tandeg”. Areal ini
difungsikan sebagai tempat sang raja menerima tamu yang berkunjung ke Puri Gede
Kerambitan. Areal “Tandaan” ini dikelilingi oleh 4 buah Kori (pintu masuk). Di
sebelah selatan merupakan pintu yang menghubungkannya dengan areal “Tandeg”, di
sebelah barat adalah pintu yang mehubungkannya dengan Pura Batur, di mana Pura
Batur ini adalah tempat berstananya Atman (roh) dari raja – raja yang pernah
memimpin Puri Gede Kerambitan. Hingga saat ini telah terdapat 7 raja yang
rohnya disemayamkan di Pura Batur ini. Sedangkan roh anggota kerajaan lainnya
yang telah meninggal distanakan di Merajan Agung yang terdapat di “Jeroan” atau
areal utama puri. Di sisi timur merupakan kori yang menghubungkan areal
“Tandaan” dengan jeroan puri. Sedangkan di sisi utara terdapat sebuah kori yang
menghubungkannya dengan Saren Agung.
Di
Saren Agung inilah asap tersebut keluar. Di areal Saren Agung terdapat beberapa
buah bangunan yaitu :
·
Saren
Tegeh berfungsi sebagai tenpat menyimpan pusaka. Saren Tegeh ini memiliki 3
buah kunci. Apa bila salah satu saja dari tiga kunci tersebut tidak ada, maka
pintu Saren Tegeh tersebut tidak dapat dibuka.
·
Singasari,
merupakan sebuah tempat untuk menyelenggarakan upacara Manusa Yadnya.
·
Bale
Dangin, berfungsi sebagai tempat “Ngekeb” untuk upcara akil balik.
·
Bale
Gede merupakan tempat menyemayamkan jenazah Raja yang menggal sebelum
dilaksanakan upacara Ngaben. Bale ini hanya khusus untuk raja. Jadi, apabila
ada anggota keluarga kerjaan lain yang meninggal maka akan disemayamkan di Bale
yang berlokasi di jeroan puri.
Bale Gede
Dewasa
ini, puri atau kerajaan memang tidak memiliki fungsi seperti zaman dahulu. Namun
keberadaan puri masih sangat diperlukan, terutama berkaitan dengan adat
istiadat. Keberadaan puri juga patut dilestarikan sebagai peninggalan sejarah
serta budaya yang tak ternilai harganya.
Untuk
tetap melestarikan budaya leluhur serta memperkenalkan puri kepada masyarakat
luas serta wisatawan, maka pihak Puri Gede Kerambitan membuka puri agar dapat
dikunjungi masyarakat umum dengan adanya paket wisata puri.
Wisatawan
yang berkunjung ke puri akan disambut dengan tradisi penyambutan yang telah ada
sejak dahulu. Ketika akan memasuki areal puri, wisatawan akan disambut oleh
beberapa orang penari yang menaburkan bunga dan juga diiringi dengan gamelan
tradisional berupa Gong dan Okokan. Ketika memasuki areal “Ancak Saji”,
wisatawan akan disambut dengan segelas welcome
drink dan beberapa anggota keluarga puri telah menanti di sana.
Selanjutnya
wisatwan akan disuguhi beberapa atraksi kesenian seperti :
- Okokan, merupakan alat music yang terbuat dari kayu dan berbentuk seperti kalung sapi. Okokan ini berfungsi untuk menghalau kekuatan negatif dan mengembalikannya ke asalnya sehingga tidak mengganggu jalannya upacara selanjutnya.
- Tari Pendet, tarian ini dibawakan oleh 7 orang penari dengan membawa sebokor Bungan yang kemudian ditaburkan kea rah wisatawan. Tarian ini merupakan perlambang dari turunnya bidadari.
- Tari Topeng, yang melambangkan Maha Patih puri. Maha Patih ini bertugas untuk menemui para tamu untuk menanyaka maksud kedatangannya ke Puri Gede Kerambitan.
- Kendang Bebarung, merupakan gamelan tradisional yang haynya terdiri dari beberapa buah kendang. Pada zaman dahulu gamelan ini berfungsi untuk memberikan semangat kepada para prajurit yang akan pergi berperang.
- Show Pengantin, merupakan sebuah acara yang menunjukkan pakain yang biasanya digunakan oleh keluarga kerajaan.
- Tari Calonarang, merupakan tarian sakral yang berlatar belakang dari kisah kerajaan Kediri di Jawa Timur. Tarian ini mengisahkan peetempuran antara kekuatan baik melawan kekuatan jahat. Tarian ini tidak jauh berbeda kisahnya dengan Tari Barong yang dikomersilkan.
Setelah
menyaksikan semua pertunjukan tersebut dan telah selesai berkeliling di Puri
Gede Kerambitan, maka dilanjutkan dengan acara makan malam di areal jeroan
puri. Makanan yang disediakan pun merupakan makanan khas Bali. Di tambah dengan
sayuran khas daerah Tabanan yang bernama Sayur Gonde.
Setelah
selesai makan, wasatawan juga diajak untuk menari bersama dengan para penari
pendet tersebut dengan diiringi alunan gamelan Bali yang bernama rindik. Tarian
ini bernama tari joged. Tidak ada aturan apaun dalam tarian ini. Wisatawan
bebas berekspresi sesuai dengan keinginananya. Konon katanya bila tidak mau
diajak menari joged tersebut, maka akan sulit menemukan jodohnya.
Bila
anda sudah terbiasa mengunjungi tempat wisata alam atau buatan, wisata puri
mungkin dapat menjadi salah satu referensi untuk kegiatan wisata anda
selanjutnya. Jadi tunggu apa lagi? Mari ajak teman – teman atau sanak saudara
anda untuk menikmati suasana kerajaan dengan tradisi adat dan kesenian yang
khas di Puri Gede Kerambitan, Tabanan – Bali. J
1 comment(s):
The castle was built in 1620 and is still preserved to day
Post a Comment