RSS

Kota Madya Denpasar

Kawasan Pariwisata Sanur



Pantai Sanur merupakan pantai yang bersejarah karena Pantai ini merupakan pantai tempat mendaratnya pasukan kerajaan Belanda ketika Belanda menyerang wilayah Badung pada zaman penjajahan.
Dikalangan pariwisata, pantai Sanur pertama kali diperkenalkan oleh pelukis dari Belgia bernama A.J. Le Mayeur bersama istrinya Ni Poloh yang menetap di Sanur sejak tahun 1937. Pada tahun 1963 geliat pariwisata Sanur semakin terasa dengan didirikannya Hotel Bali Beach (sekarang Inna The Grand Bali Beach) yang merupakan hotel pertama kalinya dibangun di Bali. Sampai sekarang kawasan ini masih menjadi salah satu tujuan wisata utama di Kota Denpasar.  
Dalam upaya meningkatkan daya tarik kawasan pariwisata Sanur, sejak tahun 2006,  dilaksanakan Sanur Village Festival. Sanur Village Festival adalah suatu event tahunan yang rutin diadakan di Sanur. Event ini diprakarsai oleh komunitas masyarakat Sanur, melalui Yayasan Pembangunan Sanur (YPS) dan dudukung oleh Pemerintah Kota Denpasar. 


Monumen Perjuangan Rakyat Bali

Lokasi monumen ini sangat strategis karena terletak di depan Kantor Gubernur Bali,  tepatnya di Lapangan Nitimandala  Renon. Kecamatan Denpasar Timur. Monumen dengan luas bangunan 4.900 m2 dan luas tanah 138.830 m2 .ini didirikan untuk mengabadikan semangat perjuangan rakyat  Bali dari masa ke masa dan semangat patriotisme serta  memberi penghormatan kepada para pahlawan. Daya tarik Monumen ini  yaitu bangunannya yang megah dengan arsitektur khas Bali. Monumen dibangun dengan bentuk bajra (genta) yang menjulang tinggi. Secara horizontal, susunan bangunan berbentuk segi empat bujur sangkar simetris dan mengacu pada konsep Tri Mandala, dan secara vertikal, monumen ini juga terbagi menjadi tiga bagian yaitu mengacu pada konsep Tri AnggaPada lantai tengah monumen ini terdapat  33 buah unit diorama yang berdemensi 2 x 3 meter yang menggambarkan adegan proses masa ke masa kehidupan orang Bali hingga sejarah sejarah perjuangan rakyat Bali.

Jam buka Monumen :
Senin-Jumat     :     08.00-17.00 WITA
Sabtu               :     09.30-17.00 WITA 
Minggu             :     10.00-17.00 WITA


Museum Bali

Museum Bali terletak di pusat Kota Denpasar, tepatnya di Jalan Mayor Wisnu, di sebelah timur lapangan Puputan Badung dan di sebelah selatan Pura Jagatnatha. Museum ini merupakan museum tertua di Bali dan merupakan pemicu kehadiran museum-museum lainnya. Berdasarkan atas koleksinya, Museum Bali merupakan museum etnografi yang memiliki dan memamerkan benda-benda budaya dari zaman prasejarah sampai kini yang mnecerminkan seluruh unsur kebudayaan Bali terdiri dari koleksi arkeologi, koleksi historika, koleksi seni rupa dan koleksi etnografika.
Museum Bali yang di bangun pada tahun 1910 menggunakan arsitektur tradisional dengan ornamen yang khas Bali. Struktur fisiknya mengikuti struktur fisik dengan konsep trimanandala yaitu nista mandala/jaba sisi  ( bagian luar ), madya mandala /Jaba tengah ( bagian luar sebelum memasuki bagian inti), dan utama mandala/jeroan (bagian inti),
Terdapat tiga bangunan utama untuk memamerkan koleksi museum :
1. Gedung Karangasem , dengan arsitektur khas Bali Timur untuk memamerkan koleksi Panca Yadnya.
2. Gedung Denpasar, untuk memamerkan koleksi prasejarah, sejarah dan seni rupa.
3. Gedung Buleleng , dengan dengan arsitektur gaya Bali Utara untuk memamerkan koleksi kain tradisional. 

Jam buka :
Minggu – Kamis             : 08.00 - 15.00 WITA
Jumat                         : 08.00 - 12.30 WITA
Sabtu dan libur resmi   : Tutup.






Mangrove Information Centre (Hutan Bakau)


Man­grove meru­pakan tum­buhan tro­pis yang komu­ni­tas tum­buh­nya didaerah pasang surut dan sep­a­n­jang garis pan­tai (seperti : tepi pan­tai, muara laguna (danau dip­ing­gir laut) dan tepi sun­gai) yang dipen­garuhi oleh kon­disi pasang surut air laut. Hutan man­grove selain memainkan per­anan pent­ing dan memi­liki beraneka fungsi secara umum seperti melin­dungi pan­tai dari gelom­bang yang tinggi, angin yang ken­cang dan erosi, juga memiliki peranan penting dalam pengembangan pariwisata khususnya ekowisata.
Ekowisata mangrove terletak di Jl. By Pass Ngurah Rai, Kecamatan Denpasar Selatan, dengan jarak tempuh kurang lebih 20 menit ke arah selatan dari pusat Kota Denpasar. Ekowisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Salah satu fasilitas utama di kawasan ini adalah jambatan kayu yang melintasi hutan mangrove dengan panjang ± 1.850 m. Jembatan ini dimanfaatkan bagi wisatawan untuk berkeliling menikmati lingkungan hutan mangrove. Beberapa aktifitas lainnya yang dapat dinikmati antara lain canoing/rafting di sepanjang kawasam, birdwatching dan aktifitas ekowisata lainnya. 


Taman Budaya (Art Centre)

Taman Budaya terletak di Jl. Nusa Indah kurang lebih 2 km ke arah timur dari pusat kota Denpasar.  Taman Budaya awalnya merupakan sebuah proyek Pengembangan Pusat Kesenian Bali di Denpasar yang dibentuk pada tahun 1969 bertujuan untuk melestarikan kekayaan seni budaya daerah Bali. Proyek ini merupakan gagasan dari almarhum Prof.Dr. Ida Bagus Mantra, yang kemudian memberikan mandat kepada seorang arsitektur terkemuka ,Ida Bagus Tugur,  untuk membangun kawasan ini . Pada pokoknya kawasan Taman Budaya yang dibelah sebuah sungai dari timur ke barat ini dibagi menjadi 3 lokasi antara lain :
  1. Lokasi Suci/tenang, meliputi Gedung perpustakaan Widya Kusuma, Pura Taman Beji, Bale Selonding, Bale Pepaosan Amertha Saraswati dan kalangan Ayodya.
  2. Lokasi Setengah ramai, meliputi arena anak-anak, Bale Gili, Bale Kambang, Jembatan Gajah Mina, Gedung Pameran Utama Mahudara Mandhara Giri Bhuvana, Gedung Krya Sembrani Occaihcrawa, Kalangan Krya Mandala, Bale Wantilan, Patung Kumbakarna Karebut, Studio Patung, Studio Melukis, dan Wisma seniman.
  3. Lokasi  ramai, meliputi Kalangan Angsoka, Kalangan Ratna Kandha, Panggung Terbuka Ardhacandra, Panggung Tertutup Ksirarnawa, Kalangan Madia Mandala, ruang rapat dan kafetaria.
Taman Budaya (Art Centre) senantiasa digunakan sebagai pusat penyelenggara Pesta Kesenian Bali (PKB) setiapa tahunnya pada pertengahan bulan Juni s/d Juli. 
Senin - Kamis              : 08.00 - 14.00 WITA
Jumat – Minggu           : 08.00 - 12.00 WITA
Hari libur nasional       : tutup


Desa Budaya Kertalangu

 Desa Budaya Kertalangu terletak di Kesiman Kertalangu Denpasar, Desa Budaya Kertalangu adalah salah satu objek dan daya tarik wisata di Kota Denpasar yang memanfaatkan hamparan persawasahan sebagai daya tarik utama. Dengan tersedianya faslitas jogging track sepanjang 4 km, wisatawan dapat menikmati  alam dan aktifitas persawahan di tengah Kota. Wisatawan baik mancanegara maupun domestik tertarik mengunjungi kawasan ini karena disamping dapat menikmati alam persawahan, juga dapat menikmati beberapa aktifitas wisata antara lain : wisata kuliner, memancing, berkuda, spa, wisata belanja (shopping), wisata kerajinan dan wisata budaya. Pengambangan Desa Budaya Kertalangu juga merupakan upaya pengembangan kepariwisataan dan pelestarian pertanian di wilayah Desa Kesiman Kertalangu.

Pura Maospahit (Tonja)
Pura Maospahit berlokasi di Banjar Tatasan Kelod Kelurahan Tonja Kecamatan Denpasar Utara. Dari Kota Denpasar Pura ini jaraknya kurang lebih 2 km ke arah timur laut. Dilihat dari karakteristiknya, Pura ini adalah Pura milik keluarga, tergolong sebagai Pura Kawitan. Salah satu daya tarik Pura ini adalah adanya peninggalan arkelogi di dalam Pura. Tinggalan arkeologi di Pura Maospahit Tonja terdiri dari : Meja Batu, Palung Batu, Candi (Prasada) dan Candi Kurung. Tinggalan di Pura ini dapat dikelompokan menjadi dua periodisasi yaitu periode prasejarah (tradisi megalitik) dan periode klasik (sekitar abad ke 4-15). 


PuraMaospahit (Grenceng)


Lokasi pura Maospahit di Banjar Panji Gede, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Utara. Pura ini dapat dicapai dengan mudah, terletak 50 m di sebelah utara perempatan jalan Thamrin. Pura ini mneghadap ke Barat, terdiri atas 3 halaman yaitu halaman dalam (Jeroan), halaman Tengah (Jaba Tengah) dan halaman luar (Jabaan). Berdasarkan karakteristiknya, Pura ini adalah Pura keluarga dan merupakan pura Kawitan. Tinggalan arkeologi di Pura Maospahit Gerenceng berupa arca terakota (terbuat dari tanah liat) berjumlah empat buah, dan dua buah berupa arca dwarpala ditempatkan ditempatkan di depan pintu pada pelinggih Taksu Manik Galih, dan satu bauh lagi ditempatkan pada pelinggih Taksu Jawa. Peninggalan lain berupa miniatur candi terbuat dari batu bata yang ditempatkan di dalam gedong candi raras Maospahit. Hal lain yang menarik adalah bentuk candi kurung di Pura Maospahit yakni : ramping, terbuat dari batu bata dan hiasannya berupa kombinasi karang goak dan karang tapel. Berdasarkan ragam hias dan bentuknya kedua candi kurung di Maospahit menunjukkan persamaan dengan candi di Jawa Timur. Diperkirakan berasal dari abad 14-15.

Pura Blanjong

Pura Blanjong berlokasi di Banjar Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan. Pura ini terdiri dari dua halaman yaitu halaman dalam (jeroan) dan halaman luar (jabaan). Daya tarik Pura Blanjong salah satunya yaitu keberadaan peninggalan arkeologi yaitu prasasti Blanjong.  Prasasti Blanjong adalah sebuah prasasti yang memuat sejarah tertulis tertua tentang Pulau Bali. Prasasti ini terbuat dari batu padas, berbentuk tiang batu atau pilar dengan ukuran tinggi 1,77 m, garis tengah 0,62 meter. Pada bagian atas berntuk bunga teratai  (lotus). Prasasti ini memakai dua bahasa dan dua huruf sehingga disebut prasasti bilingual yaitu disisi barat laut terdapat enam baris tulisan dengan huruf Pranegari dan menggunakan bahasa Bali Kuno (Kawi) dan di sisi tenggara terdapat tiga belas baris tulisan dengan huruf Bali Kuno dan memakai bahasa Sansekerta. Prasasti ini ditemukan oleh Stutterheim sekitar tahun 1930. Pada prasasti ini disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini bertarikh 913 M, dan dikeluarkan oleh seorang raja Bali yang bernama Sri Kesari Warmadewa.
Puri Pemecutan

Puri ini terletak kurang lebih 200 meter dari Taman Puputan Badung, tepatnya di jalan Thamrin dan juga sangat dekat dengan Pasar Badung/Kumbasari. Keunikan dari Puri Pemecutan ini terletak pada arsitekturnya yang bergaya traditional Bali,  dibangun pada abad ke 16. Hingga saat ini Puri Pemecutan masih menjadi tempat tinggal Sang Raja Ida Cokorda Pemecutan beserta keluarga dan kerabatnya. Selain itu yang menjadikan tempat ini menarik dengan adanya satu set gamelan tradisional dan pemerajan agung sebagai tempatpersembahyangankeluarga.
Puri Satria 

Lokasi Puri Satria kurang lebih 300 meter arah utara Lapangan Puputan Badung di jalan Veteran Denpasar. Areal depan Puri digunakan sebagai tempat berjualan aneka jenis binatang peliharaan seperti beraneka jenis burung, ikan, anjing dan lain sebagainya. Tempat persembahyangan keluarga yang luas dan indah tidak hanya digunakan oleh kalangan keluarga Raja, akan tetapi oleh masyarakat di sekeliling Puri. Pada Puri ini juga terdapat sebuah gedung terbuka yang disebut dengan ’Pendopo’ dimana dahulu digunakan sebagai tempat pertemuan para Raja diseluruh Bali.

Puri Jro Kuta

Puri Jero Kuta lokasinya kurang lebih 300 meter dari pasar tradisional Badung/Kumbasari, dan sekitar 100 meter dari Pura Maospahit, tepatnya di jalan Kumbakarna Denpasar. Puri Jero Kuta memiliki komplek bangunan yang unik seperti : Ancak saji, Semanggen, Ranggi, Pewaregan, Saren Raja, Saren Kangin, Paseban, Pemerajan Agung dan ’Pekandelan’ yang berfungsi sebagai benteng untuk melindungi areal Puri.


Puri Kesiman

Puri kesiman letaknya sangat dekat dengan Pura Petilan Pengerebongan, tepatnya di jalan WR. Supratman, Desa Kesiman Denpasar Timur. Seperti Puri - Puri lainnya di Bali, keistimewaannya ada pada bangunan yang bercirikan khas Bali sebagai tempat tinggal keluarga raja, demikian pula tempat persembahyangannya.



Pasar Badung

Pasar Badung merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Denpasar. Pasar ini terletak di Jl. Gajah Mada, ± 1 km ke arah barat dari Pusat Kota Denpasar (Patung Catur Muka). Pasar Badung menyediakan berbagai macam kebutuhan, baik itu kebutuhan pokok, makanan tradisional, barang-barang seni khas Bali dan sebagainya. Pasar Badung banyak dikunjungi oleh wisatawan, disamping mereka dapat menyaksikan proses jual beli dari pedagang kepada pembeli yang masih terkesan tradisional dimana terdapat transaksi tawar menawar, adanya tenaga suun (membawa barang dagangan) dan sebagainya, mereka juga dapat menikmati wisata kuliner tradsional dan membeli aneka barang kerajinan khas Bali. Pasar Badung memiliki waktu operasional setiap hari dimana buka dari pagi dini hari hingga larut malam. Bahkan dapat dibilang bahwa pasar ini tidak pernah sepi akan pengunjung karena waktu operasional hampir mencapai 24 jam sehari.



Pasar Kreneng
Pasar Kreneng merupakan pasar terbesar kedua di Kota Denpasar. Lokasi pasar ini terletak di jalan Kamboja, kira-kira terletak 3 kilometer dari pusat kota Denpasar. Selain sebagai pasar, di tempat ini juga terdapat sebuah terminal sebagai tempat pemberhentian angkutan umum di Kota Denpasar. Keunikan pasar ini adalah pasar ini memiliki dua operasional waktu yang berbeda. Pada pagi hari pasar tradisional Kereneng ini dikenal sebagai pasar yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari hingga menjelang sore. Namun pada malam hari pasar ini berubah menjadi pasar malam yang menyediakan berbagai macam makanan khas tradisional Bali dan makanan tradisional dari daerah lainnya yang ada di Indonesia.


Pasar Burung Satria

Pasar Burung Satria berlokasi di pusat kota Denpasar, tepatnya di jalan Veteran, ± 500 m ke arah utara dari Patung Catur Muka. Letaknya yang terdapat di pusat kota memudahkan pasar ini dijangkau oleh setiap orang. Keunikan dari pasar ini adalah menjual berbagai jenis burung, unggas, ikan, hias dan hewan piaraan lainnya.

By : Agus Heriyanta Adikayana
Dari berbagai sumber

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comment(s):

Post a Comment