Padang Bai
terletak di desa Padang Bai, termasuk di dalam wilayah Kecamatan Manggis,
Kabupaten Karangasem. Padang Bai berlokasi di pantai di antara jalan raya
jurusan Klungkung menuju Karangasem di mana sebelum kawasan wisata Candi Dasa
terdapat pertigaan lampu merah kemudian membelok ke kanan. Untuk menuju pantai
tersebut dari ibukota Denpasar berjarak sekitar 53 km ke arah jurusan Amlapura
dan jarak antara Padang Bai ke Amlapura berkisar lebih kurang 30 km.
Padang Bai
merupakan kawasan pelabuhan laut untuk wilayah Bali Timur yang digunakan
sebagai pelabuhan penyeberangan ke Lombok. Selain itu, pelabuhan ini juga
menjadi tempat berlabuhnya para wisatawan yang berkunjung ke Bali melalui
lautan yang diangkut oleh kapal-kapal pesiar besar yang hanya berlabuh di
Labuhan Amuk. Yang paling menarik di kawasan Padang Bai adalah tempatnya yang
terlindung pada suatu teluk dengan batu-batu karangnya sehingga kehidupan bawah
airnya menjadi aman. Pada bagian timur dari areal pelabuhan Padang Bai terdapat
sebuah pantai yang pada saat ini menjadi kawasan wisata pantai yang cukup ramai
dikunjungi oleh para wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. Di kalangan
wisatawan, kawasan pantai ini dikenal dengan nama Pantai Blue Lagoon.
Pada
umumnya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Pantai Blue Lagoon karena
mereka dapat menikmati keindahan alam yang tenang dengan perpaduan antara alam
perbukitan dengan panorama laut yang membiru serta dapat langsung menyaksikan
aktivitas penduduk sekitarnya yang umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan.
Selain pemandangan laut yang membiru dan menawan, Pantai Blue Lagoon juga
memiliki pasir pantai yang berwarna putih bersih dan tebal sehingga banyak
wisatawan yang memanfaatkannya untuk berenang di laut atau berjemur di pantai.
Aktivitas lain yang dapat dilakukan wisatawan antara lain diving dan snorkeling
karena laut yang berada di sebelah timur dari pelabuhan Padang Bai terdapat
banyak ikan-ikan hias tropis dengan karang-karangnya yang indah.
Selain
berfungsi sebagai pelabuhan, Padang Bai juga merupakan kawasan wisata sehingga
untuk menunjang sarana dan prasarananya sudah tersedia. Kini sudah ada beberapa
buah fasilitas akomodasi dan rumah makan yang diperuntukkan bagi para wisatawan
yang ingin menikmati liburannya, maupun untuk wisatawan yang akan menyeberang
ke Lombok atau yang baru datang dari Lombok. Untuk keperluan penyeberangan ke
Lombok tersedia kapal ferry yang siap melayani wisatawan atau orang-orang dalam
4 kali penyeberangan dalam sehari. Selain itu, bagi para wisatawan yang akan
menikmati wisata air di kawasan pantai Blue Lagoon tersedia pula jukung-jukung
penduduk setempat atau boat yang dapat disewa.
Berdasarkan
sejarah, nama Padang Bai sebelumnya adalah Teluk Padang yang merupakan sebuah
teluk yang aman terlindung dan sejak dahulu sudah digunakan sebagai pelabuhan
kapal-kapal laut. Pergantian nama Teluk Padang menjadi Padang Bai terjadi pada
masa penjajahan Belanda dan karena pengaruh bahasa Belanda, maka Teluk Padang
lama kelamaan berubah nama menjadi Padang Bai (teluk) dan hingga sekarang
daerah tersebut dinamakan Padang Bai. Di atas bukit di bagian sebelah timur
pantai Padang Bai terdapat dua buah pura Dang Kahyangan. Pura yang berada di
sebelah utara adalah Pura Silayukti yang dibangun oleh Mpu Kuturan sekitar abad
ke-11, di mana beliau saat itu melakukan perjalanan suci di Bali. Mpu Kuturan
adalah seorang pendeta yang sangat besar jasanya dalam mengatur tata keagamaan
Hindu di pulau Bali. Ajaran-ajaran beliau hingga sekarang ini masih tetap
ditaati dan dilaksanakan oleh setiap umat Hindu di Bali. Hari piodalan di Pura
Silayukti dilaksanakan setiap hari Buda Kliwon Pahang, di mana pada hari itu
seluruh umat Hindu akan datang untuk bersembahyang di Pura Silayukti. Sedangkan
pura yang berada di sebelah selatan dari Pura Silayukti adalah Pura Tanjung
Sari yang didirikan oleh Mpu Bharada, adik bungsu dari Mpu Kuturan. Hari
piodalan dari Pura Tanjung Sari dilaksanakan setiap hari Buda Kliwon Matal. Di
sebelah barat dari pelabuhan Padang Bai juga terdapat sebuah pura yang bernama
Pura Penataran Agung, yang didirikan sekitar abad ke-16 oleh Dang Hyang
Nirartha atau Dang Hyang Dwijendra yang lebih dikenal dengan sebutan Pedanda
Sakti Wau Rauh dan beliau adalah keturunan dari Mpu Kuturan. Hari piodalan di
Pura Penataran Agung dilaksanakan setiap hari Buda Wage Kelau, pada hari itu
umat Hindu akan beramai-ramai datang untuk bersembahyang. Selain hari-hari
piodalan, di pura-pura tersebut pada hari-hari raya tertentu banyak pula umat
Hindu yang datang bersembahyang di ketiga pura tersebut.
By : Anggoro Irianto - http://anggoroinc.blogspot.com
Sumber : http://wisatadewata.com
0 comment(s):
Post a Comment